Kenang 56 Tahun 630S PKI : Kisah Pilu Ade Irma Suryani Nasution, Gugur demi Menyelamatkan sang Ayah

- 25 September 2021, 13:40 WIB
Miniatur peristiwa kematian Ade Irma Suryani akibat keganasan G30 S/ PKI
Miniatur peristiwa kematian Ade Irma Suryani akibat keganasan G30 S/ PKI /Mediapakuan.com/

SEPUTARLAMPUNG.COM - Membicarakan tentang Gerakan 30 September atau G30S PKI, kita pasti akan teringat akan 7 pahlawan revolusi yang diculik, disiksa, bahkan dibunuh oleh para simpatisan PKI.

Mereka tak lain adalah Letjen. Ahmad Yani, Mayjen. R. Soeprapto, Mayjen. Harjono, Mayjen. S. Parman, Brigjen D.I. Panjaitan, Brigjen Sutoyo, dan Lettu CZI Pierre Andries Tendean.

Namun, dalam tragedi kelam ini,
ada satu nama yang kematiannya sangat disayangkan oleh Masyarakat Indonesia.

Dia adalah Ade Irma Suryani Nasution, atau lebih dikenal sebagai Ade Irma Nasution. Ade Irma merupakan korban termuda pada peristiwa paling berdarah sepanjang sejarah Kemerdekaan Indonesia tersebut.

Ade Irma merupakan anak bungsu dari Jenderal Besar Abdul Haris Nasution atau AH Nasution, target utama G30S PKI yang berhasil menyelamatkan diri.

Baca Juga: Sejarah G30S PKI: Peristiwa Paling Berdarah Sepanjang Kemerdekaan Indonesia

Ade Irma baru menginjak usia 5 tahun saat kejadian nahas itu terjadi.

Pada 30 September 1965, Ade Irma yang biasanya tidur di kamarnya sendiri, memilih untuk tidur bersama dengan Ayah dan Ibunya, AH Nasution dan Johanna Soenarti.

Menjelang subuh, Johanna yang mendengar pintu rumah mereka dibuka secara paksa langsung bangun dari tempat tidur dan membuka pintu kamar, benar saja, di melihat para pasukan Cakrabirawa sudah siap menembak ke arah kamarnya.

Johanna sigap menutup pintu dan berteriak memberitahu meminta suaminya untuk segera kabur lewat pintu belakang.

AH Nasution yang tidak percaya dan penasaran berusaha untuk memeriksanya sendiri, tepat ketika dia membuka pintu, para prajurit tak kenal ampun itu lantas menembakkan timah panas.

Baca Juga: Profil Lengkap Lettu Pierre Tendean: Meninggal pada Usia 26 Tahun, Korban Salah Sasaran G30S PKI

Tak lengah, Nasution segera tiarap. Johanna pun segera membanting pintu dan menguncinya. Para prajurit itu mulai ganas dan gerah, mereka pun menghujani pintu kamar Nasution dengan peluru.

Ade Irma yang ketakutan kemudian terbangun, dia langsung memeluk kaki sang Ibu. Adik Jenderal Nasution, Mardiah yang kebetulan memiliki akses ke kamar sang Kakak, langsung menggendong Ade Irma dan berusaha menyelamatkan diri ke kamar lain.

Nahas, Mardiah salah membuka pintu, seorang kopral yang gelap mata kemudian menancap tiga timah panas ke tubuh kecil Ade Irma.

Mengetahui hal tersebut, Johanna segera mengambil Ade Irma dari pelukan Mardiah. Meski sudah bersimbah darah, Ade Irma tidak menangis.

Usai suaminya berhasil melarikan diri, Johanna sambil menggendong Ade Irma yang terluka berjalan ke arah ruang tengah dan langsung menghubungi Dokter melalui sambungan telepon rumah.

Baca Juga: Siapa Saja Korban Penculikan dan Pembunuhan G30S PKI? Simak Profil dan Kisah Lengkapnya di Sini

Tak merasa bersalah, Lettu Dul Arief yang mengomandoi aksi penculikan AH Nasution langsung menanyakan di mana keberadaan Sang Jenderal.

Dengan berani dan tak gentar, Johanna menyampaikan ke Dul Arief bahwa suaminya sedang berada di luar kota dua hari terakhir dan kedatangan mereka ke rumahnya hanya untuk menyakiti Ade Irma.

Pasukan Cakrabirawa ini pun pergi dengan membawa Lettu CZI Pierre Andries Tendean, ajudan AH Nasution, yang mengorbankan diri mengaku sebagai sang Jenderal, demi menyelamatkan atasannya.

Sebelum meninggal, Ade Irma Suryani sempat dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat. Namun, nyawanya tidak tertolong.

Gadis kecil tak berdosa ini meninggal pada 6 Oktober 1965 atau 6 hari setelah tertembak pada peristiwa G30S PKI.

Baca Juga: Harga Mahal yang Harus Dibayar Jenderal Besar AH Nasution Pasca Selamat dari Incaran Pasukan G30S PKI

Ade Irma dimakamkan di area kantor Wali Kota Jakarta Selatan, Jalan Raya Prapanca Raya Nomor 9, RT 01 RW 01, Petogogan, Kebayoran Baru.

Demi menghormati pengorbanannya, pemerintah membangun monumen di tempat peristirahatan terakhirnya.

Di depan nisannya, tertulis kata-kata dari sang ayah, Jenderal AH Nasution. "Anak saya yang tercinta, engkau telah mendahului gugur sebagai perisai ayahmu".***

Editor: Nur Faizah Al Bahriyatul Baqir

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x