SEPUTARLAMPUNG.COM - Menjelang akhir September, ingatan masyarakat Indonesia banyak yang terfokus pada salah satu tragedi besar dalam sejarah bangsa Indonesia.
Yakni Gerakan 30 September atau dikenal juga dengan G30S PKI. Peristiwa ini sudah terjadi 56 tahun yang lalu, namun tragedi tersebut nampaknya sangat membekas dalam ingatan bangsa Indonesia terutama mereka yang menjadi saksi hidup dalam tragedi tersebut.
Ada sejumlah nama, tempat dan peristiwa yang kita kenang saat mendengar G30S PKI. Peristiwa berdarah yang menyebabkan gugurnya sejumlah jenderal.
Suasana yang sangat mencekam dan satu lagi, sebuah sumur tua yang turut menjadi saksi sejarah yang bernama Lubang Buaya.
Nama lubang buaya seakan begitu lekat dengan peristiwa G30S/PKI. Sebagian dari kita mungkin bertanya-tanya, apakah sebenarnya lubang buaya itu?
Sebagaimana diketahui, Lubang buaya merupakan nama sumur tua yang jadi saksi bisu tempat pembuangan 7 Pahlawan Revolusi, terdiri dari enam jenderal serta satu perwira TNI AD yang sebelumnya disiksa lalu dibunuh, dalam Gerakan 30 September 1965.
Ketujuh Pahlawan Revolusi yang gugur tersebut, yaitu Jenderal Ahmad Yani, Mayjen R. Suprapto, Mayjen MT Haryono, Mayjen S. Parman, Brigjen D.I Panjaitan, Brigjen Sutoyo Siswomiharjo, dan Lettu Pierre Andreas Tendean.
Faktanya, nama sumur lubang buaya sudah ada jauh sebelum tragedi tersebut terjadi. Lalu, kenapa disebut lubang buaya?