Mengutip laman Muhammadiyah, “Dari Salamah bin Al-Akwa’(diriwayatkan) dia berkata: “Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa di antara kamu menyembelih kurban, maka janganlah ada daging kurban yang masih tersisa dalam rumahnya setelah hari ketiga”.
Tatkala pada tahun berikutnya, para sahabat bertanya: “Wahai, Rasulullah! Apakah kita akan melakukan sebagaimana yang telah kita lakukan pada tahun lalu?” Beliau menjawab: “Makanlah, berilah makan, dan simpanlah, karena sesungguhnya tahun yang lalu, menusia tertimpa kesusahan (paceklik), maka aku menghendaki agar kamu menolong (mereka) padanya (kesusahan itu).” (HR. Al-Bukhari).
Maka dengan melihat hal tersebut, jika di daerah lain masyarakatnya dipandang lebih membutuhkan daging kurban, maka boleh berkurban di daerah tersebut.
Menyalurkan daging kurban ke daerah lain yang lebih butuh akan membawa manfaat lebih besar dibandingkan berkurban di tempat tinggal sendiri, di mana kebanyakan masyarakatnya mampu.
Namun, jika di daerah lain itu masyarakatnya mampu dan bukan karena motivasi menyambung silaturahim (kerabat atau keluarga), tentu lebih utama berkurban di daerah domisili.
Baca Juga: Naskah Khutbah Idul Adha 2022 Baru Rilis, Tema: Ibadah Qurban Jadi Momentum Meraih Kebaikan
Sebab, akan lebih mudah menjalankan sunah-sunah kurban, yang tidak bisa dilakukan jika berkurban di daerah lain atau pun online, seperti menyembelih hewan kurban sendiri, menghadiri penyembelihan, makan 1/3 daging kurban, dan berbagi kepada tetangga dan kerabat dekat.
Kemudian, perlu juga diperhatikan atau dipastikan penyembelihan dilakukan di tanggal 10, 11, 12, dan 13 Zulhijjah atau saat hari raya dan tiga hari tasyrik.
Selain itu, pastikan hewan kurban dalam kondisi sah untuk berkurban; seperti tidak ada cacat atau berpenyakit. Untuk itu, perhatikan juga orang yang dijadikan wakil penyembelihan, yakni harus yang amanah.