Sayangnya, di balik 'keuntungan' baik dari segi rasa maupun penghematan anggaran, ternyata ada sejumlah kesehatan yang mengintai. Terlalu sering mengonsumsi makanan yang digoreng, apalagi dengan minyak yang sudah berkali-kali digunakan, sangat tidak baik untuk kesehatan.
"Ada yang namanya acrolein, PAH (polycylic aromatic hydrcarbons) yang sifatnya karsinogenik atau membuat berisiko menyebabkan kanker. Waktu digoreng, minyak ini dalam suhu 170-220 derajat Celcius, maka yang pertama terjadi hidrolisis," kata Juwalita.
Hidrolisis merupakan pemecahan molekul trigliserida menjadi asam lemak bebas dengan gliserol dengan bantuan air dari makanan. Setelah itu terjadi proses oksidasi yang menghasilkan senyawa aldehid, PAH yakni radikal bebas serta berubahnya struktur asam lemak jenis cis menjadi trans fat.
Rekomendasi trans fat sendiri sebenarnya hanya bisa dikonsumsi di bawah 1 persen dari asupan makanan sehari-hari.
Bisa dibayangkan bagaimana dampaknya bagi kesehatan jika berkali-kali menggunakan minyak yang sama untuk menggoreng.
Trans fat semakin tinggi, zat berbahaya yang akan dihasilkan juga semakin banyak.
Dampak pada kesehatan jelas yakni meningkatnya kadar kolesterol jahat atau LDL, kondisi peradangan di dalam tubuh dan ini tidak terlihat.
Bila peradangan terjadi di pembuluh darah, muncul plak lalu membuat pembuluh menjadi sempit dan akhirnya menghambat aliran darah.
"Karena kebiasaan mengonsumsi lemak trans dalam makanan cepat saji dan akhirnya memunculkan plak di pembuluh darah, makanya keluhan yang terjadi seperti stroke," tutur Juwalita yang lulusan dari FKUI.