Ternyata Banyak Anak Kelas 5 dan 6 SD di Daerah Indonesia Ini yang Belum Bisa Baca Tulis, Apa Penyebabnya?

7 Desember 2022, 19:20 WIB
Ilustrasi membaca.* /Pixabay/David

SEPUTARLAMPUNG.COM - Menurut hasil studi  Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) dan Lembaga Program Inovasi ada peserta didik kelas 5 dan 6 SD yang belum menguasai keterampilan dasar literasi dan numerasi.

Mudahnya, anak kelas 5 dan 6 SD tersebut belum bisa membaca dengan baik dan benar.

Direktur Program Inovasi, Mark Heyward mengatakan studi ini didapatkan dari hasil riset di 19 kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Kalimantan Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Jambi, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Selatan, dan Maluku Utara.

Di mana ada 18.370 siswa dari 612 sekolah yang dipilih secara acak terlibat dalam riset ini.

Baca Juga: Kronologi Lengkap Kejadian Ledakan Bom Bunuh Diri di Polsek Astana Anyar Bandung, Berapa Korban Terkini?

Mark menyampaikan, ada tiga temuan dalam studi riset tersebut.

Salah satunya, terjadi kesenjangan pembelajaran, terutama di bidang membaca di beberapa daerah Indonesia.

Contohnya sajam di Desa Pelita Kanaan, Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara, ada anak kelas 5 dan 6 SD yang belum bisa bahkan belum lancar membaca.

Tentunya, hal ini sangat miris, pasalnya membaca merupakan salah satu kemampuan dasar pendidikan.

”Untuk itu, reformasi kurikulum diperlukan karena kurikulum yang fokus terhadap kemampuan esensial, berpotensi mengurangi, menekan, kehilangan hasil belajar (learning loss) selama pandemi,” kata Mark.

Baca Juga: BWF World Tour Finals 2022: Anthony Ginting dan Jojo Siap Beradu Mental, Ini Rekor Pertemuannya

Temuan ketiga, kata dia, meskipun Covid-19 berdampak untuk semua sis wa, tetapi siswa kelompok rentan cenderung paling terdampak. Siswa dengan multikerentanan berpotensi punya hasil belajar lebih rendah.

Tidak memenuhi

Lebih lanjut Mark mengatakan, siswa di perdesaan dan di daerah terpencil, lebih banyak yang memiliki performa literasi dan numerasi tingkat 1. Hal itu tidak memenuhi tingkat keterampilan minimum dibandingkan siswa di perkotaan.

Selain itu, dengan siswa laki-laki penyandang disabilitas di perdesaan, 91 persennya tidak memenuhi tingkat keterampilan minimum. Di perkotaan, sebanyak 82 persennya tidak memenuhi keterampilan minimum.

Menurut Mark, faktor lainnya adalah guru dan keluarga. Dia menyebutkan, 56 persen guru di perdesaan dan daerah terpencil, merasa kurang percaya diri untuk menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Sementara guru di perkotaan yang kurang percaya diri untuk melakukan PJJ, hanya 37 persen.

Dari sisi orang tua, orang tua siswa di perkotaan lebih terlibat dalam studi anak-anak mereka dibandingkan orang tua di perdesaan dan daerah terpencil.

Baca Juga: Petinggi Sunda Empire Dikabarkan Meninggal Dunia Hari Ini, Intip Biodata dan Profil Lengkap Lord Rangga

Dilansir dari pikiranrakyat.com dalam artikel "Banyak Siswa Kelas V dan VI Belum Bisa Membaca, Riset Ungkap Penyebabnya", Mark menuturkan, studi juga menyimpulkan bahwa kurikulum yang berfokus pada kemampuan esensial (literasi dan numerasi) ber potensi mengurangi learning loss.

”Selain itu, kurikulum yang ber fokus pada materi esensial juga berpotensi mengurangi ketimpangan hasil belajar bagi kelompok rentan,” ujarnya.

Berangkat dari temuan-temuan tersebut, ada sejumlah rekomendasi yang dirumuskan. Di level sistem dan kebijakan, perlu ada transformasi kurikulum, pengembangan kapasitas guru, serta perbaikan akses dan kualitas sumber daya pembelajaran dan infrastruktur.

Di level sekolah, perlu ada penggunaan asesmen formatif, adaptasi pembelajaran sesuai dengan kemampuan siswa, serta memaksimalkan penggunaan sumber belajar seperti platform Merdeka Mengajar (PMM) dan platform lokal yang tersedia.

Di level komunitas, perlu ada upaya mengaktifkan komunitas praktisi, seperti kelompok kerja guru (KKG), untuk pengembangan kapasitas guru, serta membangun dan memperkuat kolaborasi dengan masyarakat dan entitas pendidikan terkait.***(Muhammad Ashari/Pikiran Rakyat)

Editor: Nur Faizah Al Bahriyatul Baqir

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler