Asyik, WHO Prediksi Pandemi Covid-19 akan Berakhir pada Awal 2022, Ini Alasannya

- 27 Februari 2021, 15:20 WIB
Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Eropa, Hans Kluge.
Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Eropa, Hans Kluge. /Twitter.com/@hans_kluge

SEPUTAR LAMPUNG - Pasti anda pernah bertanya-tanya atau berpikir kapan Pandemi Covid-19 akan berakhir?

Ya, wabah yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 atau populer disebut virus corona ini memang berdampak mobilitas hampir seluruh umat manusia di dunia.

Tercatat sudah ratusan jiwa terinfeksi virus yang merebak sejak akhir 2019 ini.

Hal tersebut membuat beberapa negara menerapkan kebijakan untuk memberlakukan penguncian wilayah atau lockdown untuk mencegah penyebaran virus Corona.

Baca Juga: Tayang Rabu Depan, Bocoran Drama Mouse: Gawat, Lee Seunggi Bakal Adu Jotos dengan Park Ju Hyun! Ada Apa?

Indonesia memang tidak memberlakukan lockdown tapi Pemerintah menggalakkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menekan wabah yang bisa menyebabkan infeksi pada paru-paru ini.

Baru-baru ini, Direktur regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Eropa Hans Kluge mengatakan bahwa pandemi Covid-19 akan berakhir pada awal tahun 2022.

Hans Kluge mengatakan hal tersebut kepada penyiar negara bagian Denmark DR bahwa Covid-19 masih akan menyebar pada tahun 202 tapi akan lebih mudah ditangani daripada tahun 2020.

Direktur WHO untuk Eropa itu yakin bahwa skenario terburuk sekarang telah berakhir dan ada lebih banyak informasi mengenai Covid-19 dibandingkan tahun 2020 ketika pertama kali mulai menyebar.

Baca Juga: Miliki Harta Rp51 Miliar, Ini Pesan Nurdin Abdullah Kepada 11 Kepala Daerah Baru Sebelum 'Diciduk' KPK

“Virus akan terus ada, tapi menurut saya pembatasan tidak diperlukan. Ini pesan yang optimis,” ucap Hans Kluge dikutip dari AA pada Sabtu, 27 Februari 2021.

Hans Kluge menambahkan jika mutasi adalah normal dan virus mencoba untuk beradaptasi pada orang yang terinfeksi, tapi yang harus jadi perhatian adalah penyebaran mutasi yang cepat.

Saat ini WHO sedang memantau keefektifan vaksin yang dikembangkan untuk mengatasi Covid-19 karena jenis virus yang cepat menyebar.

Hans Kulge mengatakan vaksin dapat diubah berdasarkan mutasi baru jika perlu dan tidak perlu diproduksi dari awal.

Baca Juga: Ditangkap KPK Usai Lantik 11 Kepala Daerah, Jubir Gubernur Sulsel: Bapak Saat itu sedang istirahat

Dia mengatakan mutasi tidak akan membuat virus lebih ganas tetapi negara-negara yang sistem perawatan kesehatannya belum optimal dapat berada di bawah tekanan yang lebih besar dan perlu menanggapi mutasi dengan sangat serius.

Hans Kluge menunjukkan bahwa masalah terbesar akan muncul ketika mereka yang divaksinasi berada di lingkungan yang sama dengan yang tidak sehingga penjadwalan vaksinasi ini menjadi faktor yang sangat penting.

Prediksi WHO ini selaras dengan pendiri Microsoft Bill Gates yang mengatakan pandemi Covid-19 berakhir di paruh pertama 2022.

“Meskipun masih perlu ada beberapa pembatasan (seperti pertemuan publik) jumlah kasus positif dan kematian akan mulai menurun dan kehidupan akan semakin dekat dengan normal,” ucap Bill Gates.

Baca Juga: Bocoran Vincenzo Episode 3 Malam Ini, Song Joong Ki 'Gelut' dengan Anak SMP! Siapa yang Menang?

Bill Gates menggambarkan dirinya sebagai orang yang ‘kagum’ dengan pencapaian yang diraih para ilmuwan dalam waktu satu tahun.

“Manusia tidak pernah membuat kemajuan pesat dalam hal penyakit apa pun dibandingkan saat menangani Covid-19 tahun ini,” papar Bill Gates.

“Dalam keadaan normal, membuat vaksin bisa memakan waktu 10 tahun. Kali ini, banyak vaksin dibuat dalam waktu kurang dari satu tahun,” sambungnya.

Dilansir dari PR Pangandaran dalam artikel '‘Dunia Kembali Normal’, WHO Prediksi Pandemi Covid-19 Berakhir di Awal Tahun 2022', saat ini ada lima vaksin yang tersedia dan digunakan yaitu Pfizer-BioNTech, AstraZeneca, Moderna, Sputnik V, dan CoronaVac.

Baca Juga: 6 Alasan Penting Kenapa Wanita Tidak Boleh Pakai Perhiasan Saat Tidur, Waspada Bakteri dan Iritasi Kulit

Tiga dari vaksin yaitu Pfizer, Modern dan Sputnik V memiliki kemanjuran sekitar 90 persen sedangkan AstraZeneca memiliki sekitar 70 persen, dan CoronaVac belum ada informasi pasti dari Tiongkok.

Para peneliti di Brasil awalnya mengatakan 78 persen efektif dalam uji klinis mereka, tetapi pada Januari 2021 merevisinya menjadi 50,4 persen setelah memasukkan lebih banyak data dalam perhitungan mereka.

Bill Gates mendesak agar tidak ada yang berhenti dalam memerangi Covid-19 dan menyerukan tes yang lebih baik dengan hasil yang lebih cepat.***(Mela Puspita/PR Pangandaran)

Editor: Nur Faizah Al Bahriyatul Baqir

Sumber: PR Pangandaran


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah