21 Tahun Merdeka, Timor Leste Ternyata Masih Pakai Rupiah karena Belum Punya Mata Uang Sendiri

- 12 November 2020, 19:16 WIB
Ilustrasi bendera Timor Leste.
Ilustrasi bendera Timor Leste. /Pixabay.com/Chickenonline

SEPUTAR LAMPUNG - Sudah 21 tahun lamanya Timor Leste memisahkan diri dari Indonesia.

Dalam kurun waktu yang cukup lama itu, Timor Leste belum menunjukkan sejumlah pencapaian berarti yang mestinya membuat negara tersebut menjadi lebih baik.

Ia masih berkutat dengan masalah kemiskinan. Bahkan, hingga kini ternyata Timor Leste belum memiliki mata uang sendiri.

Untuk transaksi sehari-hari, warga Timor Leste masih mengandalkan rupiah dan dolar amerika.

Apa yang sebenarnya terjadi hingga membuat Timor Leste tak punya mata uang sendiri hingga kini?

Baca Juga: 8 Makanan Ini Ternyata Memiliki Risiko Lebih Berbahaya dari Rokok, Ada Jus Buah dan Roti Putih

Diberitakan sebelumnya oleh Zonajakarta.com dalam artikel "Tak Punya Mata Uang Sendiri, Timor Leste Ternyata Andalkan Rupiah dan Dolar Amerika untuk Transaksi", selama 20 tahun terakhir Timor-Leste telah berjuang untuk membangun dan membangun kembali negara tersebut.

Melansir The Interpreter, Timor Lesta telah menyerap lebih dari US $ 17 miliar dari sumber gabungan: dana donor dalam bentuk bantuan dan pinjaman lunak, serta dana publik yang sebagian besar dihasilkan dari pendapatan minyak bumi.

Lebih dari US $ 5 miliar di antaranya adalah dana donor, sebagian besar dihabiskan untuk misi penjaga perdamaian PBB dan penasihat internasional yang bekerja di kementerian terkait selama Pemerintahan Transisi PBB (UNTAET) dan dalam lima tahun pertama kemerdekaan.

Baca Juga: Gak Pake Mahal! Ini Biaya Resmi dan Syarat Membuat SIM Motor dan Mobil Tahun 2020

Pemerintah Timor-Leste telah menghabiskan sekitar US $ 10 miliar untuk berbagai kebutuhan, termasuk proyek infrastruktur dan penguatan lembaga publik.

Dalam beberapa faktor, negara termuda di Asia ini memang menunjukkan perkembanganpositif yang diluar dugaan.

Perubahan ini meliputi pembangunan nasional, menjamin kebebasan berekspresi, meningkatkan stabilitas keamanan, dan membentuk dana untuk proyek minyak bumi.

Namun perubahan positif tersebut masih gagal menjangkau wilayah lain, terutama dalam memprioritaskan pembangunan yang berpusat pada masyarakat.

Timor Leste masih menghadapi kesulitan akses air bersih, sanitasi dasar dan pelayanan kesehatan, pendidikan yang berkualitas, dan gizi yang cukup untuk anak dan ibu hamil sangat kurang, terutama di daerah pedesaan.

Baca Juga: Memoriam di Hari Ayah: Film Pendek Mana Janji Ayah Ini Bakal Membuat Penontonnya Menangis

Pengangguran meningkat besar.

Kebutuhan ekonomi yang sulit terpenuhi membuat banyak anak-anak mengalami malnutrisi.

Bahkan jumlan anak yang mengalami malnutrisi diperkirakan mencapai 50% yang merupakan rekor tertinggi di Asia.

Banyak proyek infrastruktur telah dibangun dengan buruk dan memiliki umur yang pendek.

Korupsi kecil-kecilan terus berlanjut.

Melansir Reuters, Timor Leste menjadi negara termiskin di kawasan Asia.

Berdasarkan Indeks Kemiskinan Multidimensi Global (MPI) 2020 yang dikeluarkan PBB, Timor Leste berada pada posisi ke-152 dari 162 negara termiskin di dunia.

Baca Juga: Walhi Lampung Minta Pemerintah Seriusi Masalah Pencemaran Way Sekampung

Didominasi pertanian, kopi adalah tanaman ekspor utama.

Negara ini juga mengekspor marmer dan berpotensi memiliki cadangan minyak dan gas yang menguntungkan di Celah Timor antara pulau itu dan Australia.

Sayangnya, cadangan minyak Timor Leste diperkirakan ahli akan mengering pada tahun 2022 hingga membuat negara ini diprediksi bangkrut pada 2027.

Timor Leste sangat bergantung dengan dolar sebagai nilai tukar.

Berdasarkan peraturan yang dikeluarkan pada 24 Januari 2000, dollar Amerika (USD) menjadi mata uang legal di Timor Leste.

Mengutip laman un.org, dollar Amerika dipilih karena dinilai sebagai mata uang yang stabil dan diterima di seluruh dunia.

USD digunakan untuk transaksi resmi seperti pembayaran listrik.

Baca Juga: Heboh Video Syur Mirip Gisel, Komnas PA Prihatin 1,5 Juta Anak Indonesia Sudah Ikut Menontonnya

Uniknya, untuk transaksi sehari-hari Timor Leste memperbolehkan penggunaan rupiah, dollar australia, escudo, hingga bath.

Melansir dari Business Indiser, Brett Inder, ekonom pembangunan di Monash University di Melbourne, mengatakan ekonomi Timor Leste aneh karena sangat didominasi oleh pendapatan minyak dan gas, yang dalam mata uang dolar AS.

Dengan pendapatan minyak dan gas yang pada akhirnya diperkirakan akan turun dalam beberapa dekade mendatang, dan populasi muda yang terus bertambah, pemerintah Timor Leste berada di bawah tekanan untuk mencari ekspor baru.

Meluncurkan mata uangnya sendiri dinilai dapat menyebabkan devaluasi, meningkatkan daya tarik Timor Leste bagi investor, sehingga mendorong diversifikasi ekonomi, dengan asumsi investor dapat ditemukan.

Di sisi lain, dolar Timor Timur yang baru berpotensi terjun bebas. "Mungkin dampak terbesar dari sistem kurs bebas adalah potensi untuk mendevaluasi mata uang," kata Inder.***(Hani Affifah/Zona Jakarta)

Editor: Ririn Handayani

Sumber: Zona Jakarta


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah