Di mana, Hikayat Indraputra menyebutkan bahwa ketupat sendiri telah dikenal sebagai penganan rakyat sejak tahun 1700 Masehi.
Berdasarkan catatan sejarah, tradisi Lebaran Ketupat pertama kali diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga.
Pada masa itu, Sunan Kalijaga membudayakan dua kali bakda yaitu bakda Lebaran (Idul Fitri) dan bakda kupat (Lebaran Ketupat).
Tradisi Lebaran Ketupat di era Wali Songo merupakan salah satu kegiatan pada momen Lebaran yang digambarkan sebagai simbol kebersamaan dengan memanfaatkan tradisi slametan yang berkembang di kalangan masyarakat.
Perayaan tradisi ini turut menjadi sarana mengenalkan ajaran Islam mengenai cara bersyukur kepada Tuhan, bersedekah, hingga bersilaturahmi di hari Lebaran.
Adapun pelaksanaannya bertepatan pada 8 Syawal, karena momen ini turut menjadi perayaan usai melaksanakan puasa sunah Syawal selama enam hari.
Filosofi Ketupat
Ketupat yang menjadi hidangan sekaligus ikon khas Lebaran Idul Fitri, memiliki makna filosofi yang berasal dari akronim ungkapan bahasa Jawa yaitu Kupat (Ngaku Lepat) yang berarti mengakui kesalahan.
Sehingga umat muslim diharapkan dapat mengakui kesalahan dan saling memaafkan di momen Lebaran sambil menikmati hidangan ketupat.