SEPUTAR LAMPUNG - Indonesia baru-baru ini dibuat geger dengan fakta ditemukannya varian baru corona yakni B117.
Adapun varian baru corona yang bermutasi itu sudah sejak tahun lalu ditemukan gejalanya di Inggris.
Mutasi baru Corona B117 ini berdasarkan penelitian menyebar lebih cepat 75 persen dari virus Corona biasa.
Baca Juga: Pekerja Musti Tahu, Ini 5 Cara Jitu Menyeimbangkan Pekerjaan dan Kehidupan Pribadi
Bahkan WHO menyampaikan varian baru B117 bisa meningkatkan potensi kematian lebih parah 30 persen.
Kasus pertama varian baru virus Corona (Covid-19) B117 dari Inggris ditemukan di Indonesia yang menginfeksi dua orang TKI asal Kabupaten Karawang.
Kendati demikian, virus corona tidak berhenti di varian SARS-Cov-2 dan B117, yang menjangkiti warga Indonesia.
Kasus mutasi N439K yang telah ditemui di benua lain, kini mulai terdeteksi di Indonesia.
Lembaga Biologi Molekuler Eijkman menyatakan, telah ditemukan nyaris 50 kasus mutasi N439K di Indonesia.
Dokter onkologi di RS Kramat, Prof. dr. Zubairi Djoerban, Sp.PD-KHOM, menuturkan apa saja yang perlu masyarakat ketahui tentang varian ini.
Baca Juga: Membuat Publik Penasaran, Ternyata Ini Alasan Mengapa Indomaret dan Alfamart Sering Berdekatan
Baca Juga: Tayang Malam Ini, Bocoran The Penthouse 2 Episode 8: Na Ae Gyo Muncul, Joo Dan Tae Perlahan Hancur?
Menurut Profesor Zubairi, varian N439K diduga muncul dua kali secara terpisah. “Pertama kali itu di Skotlandia. Pada waktu awal pandemi. Lalu, kali kedua, dengan jangkauan lebih luas di Eropa—dan saat ini sudah sampai Indonesia,” tuturnya, melalui akun Twitter @ProfesorZubairi, 13 Maret 2021 siang.
Dia menyatakan, N439K ini sebenarnya telah dianggap hilang saat penguncian diberlakukan di Skotlandia.
Namun, rupanya kasus tersebut malah muncul di Rumania, Swiss, Irlandia, Jerman dan Inggris.
“Dus, mulai November tahun lalu, varian ini dilaporkan menyebar secara luas,” katanya lagi.
Lalu apa bedanya varian baru ini dibandingkan strain corona penyebab Covid-19 yang telah menjadi pandemik saat ini?
Dia mengatakan, sifat N439K ialah resisten terhadap antibodi alias tidak mempan, termasuk jika dihadapkan dengan vaksin Covid-19.
“Baik itu antibodi dari tubuh orang yang telah terinfeksi, maupun antibodi yang telah disuntikkan ke tubuh kita.”
Amerika Serikat, ujarnya, telah mencoba antisipasi N439K ini. Mereka mengeluarkan EUA untuk dua jenis obat antibodi monoklonal dalam pengobatan Covid-19.
Tapi, yang jadi soal, N439K ini tidak mempan diintervensi oleh obat itu, ujar Profesor Zubairi.
Baca Juga: Pekerja Musti Tahu, Ini 5 Cara Jitu Menyeimbangkan Pekerjaan dan Kehidupan Pribadi
Kabar baiknya, dia menyampaikan catatan pakar epidemiologi, bahwa penyebaran N439K tidak secepat B117.
Dia kembali berpesan agar menjaga jarak, pakai masker, dan hindari kerumunan terus digalakkan, apalagi di dalam ruangan.
“Jangan bosan saling ingatkan. Pandemi belum usai,” katanya mengakhiri bahasan, seraya ucapkan terima kasih.
ALERTA:
Sebanyak 48 kasus mutasi N439K telah terdeteksi di Indonesia. Kemudian, apa yang harus kita ketahui tentang varian N439K ini?
Ini penjelasan saya:— Zubairi Djoerban (@ProfesorZubairi) March 13, 2021
Dilansir dari Pikiran Rakyat dalam artikel "B117 Usai, Puluhan Kasus Mutasi N439K Terdeteksi di Indonesia, Simak Pesan Prof. Zubairi Djoerban", sementara itu, Kementerian Kesehatan telah mengonfirmasi kondisi kesehatan enam pasien B117 di Indonesia seluruhnya telah pulih.
"Pun dengan hasil pelacakan terhadap sejumlah orang yang berinteraksi dengan pasien dilaporkan negatif berdasarkan hasil laporan laboratorium kesehatan," kata Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi, saat menjadi pembicara pada webinar "Pemantauan Genomik Varian Baru SARS-Cov2 di Indonesia" yang dipantau di Jakarta, Jumat, 12 Maret 2021 siang.***(Gita Pratiwi/Pikiran Rakyat)