لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَطَيَّرَ أَوْ تُطُيِّرَ لَهُ أَوْ تَكَهَّنَ أَوْ تُكُهِّنَ لَهُ أَوْ سَحَرَ أَوْ سُحِرَ لَهُ وَمَنْ أَتَى كَاهِنًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُوْلُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صلى الله عليه و سلم
“Bukan dari golongan kami, orang yang percaya kepada nasib sial dan yang minta diramal tentang nasib sialnya atau yang melakukan praktik dukun dan yang didukuni atau yang menyihir atau yang meminta bantuan sihir, dan barangsiapa yang mendatangi dukun dan membenarkan apa yang ia katakan, maka sesungguhnya ia telah kafir pada apa yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Al Bazzar).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan sebuah ancaman yang keras bagi mereka yang berpaling dari syariat Allah ‘Azza wa Jalla.
Seperti berkeyakinan sial atau hoki dan mendatangi dukun serta membenarkan ucapannya.
Atau siapa saja yang mengaku mengetahui yang gaib, baik dinamakan wali, kyai, ustadz. Tidak ada yang mengetahui hal ghaib kecuali Allah
Ada pula di antara orang-orang yang menulis huruf-huruf dan angka-angka untuk meramalkan sesuatu.
Menulis huruf atau angka hukumnya dibagi menjadi dua:
Pertama: diperbolehkan. Jika hal itu dipelajari untuk menghitung.
Kedua: diharamkan. Apabila mempelajari angka-angka tersebut hanya bertujuan untuk mempelajari dan mengaku mendapat ilmu gaib.