Menyibak Fenomena Lintang Kemukus si 'Fireball' Menurut Astrophile dan Legenda Keris Majapahit

- 12 Oktober 2020, 08:45 WIB
ILUSTRASI meteor.*
ILUSTRASI meteor.* /PIXABAY/

Akibatnya, bahan-bahan beku mulai mencair dan menguap, membentuk semacam lapisan “awan” di sekeliling nukleus komet yang disebut coma (yang berarti ‘rambut’).

Didorong oleh tekanan radiasi Matahari dan angin Matahari, bahan-bahan volatil ini terdorong ke luar dengan arah yang menjauhi Matahari, membentuk ekor.

Dalam situasi-situasi tertentu, kita dapat mengamati fenomena jet di permukaan komet, dimana pemanasan yang tidak merata pada permukaan komet mengakibatkan gas-gas yang baru terbentuk “meledak” dari permukaan komet.

Perlu kita catat bahwa pada dasarnya komet memiliki dua ekor, yaitu ekor debu dan ekor gas. Meskipun kedua ekor ini sama-sama menjauhi Matahari, namun keduanya memiliki sudut arah yang berbeda.

Ekor gas umumnya lurus, searah dengan arah angin Matahari sesuai posisi komet saat itu, namun ekor debu akan sedikit lebih melengkung.***

Halaman:

Editor: Ririn Handayani

Sumber: Isu Bogor


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah