AS dan Singapura Akan Gunakan Obat Kanker Ini untuk Sembuhkan Infeksi Covid-19, Berikut Penjelasannya

- 9 April 2021, 18:30 WIB
Dr Anand Jeyasekharan memegang botol Topotecan, yang telah diketahui dapat mengurangi tingkat keparahan dan kematian dari Sars-Cov-2 pada hewan percobaan.
Dr Anand Jeyasekharan memegang botol Topotecan, yang telah diketahui dapat mengurangi tingkat keparahan dan kematian dari Sars-Cov-2 pada hewan percobaan. /NATIONAL UNIVERSITY CANCER INSTITUTE, SINGAPORE/The Straits Times

SEPUTAR LAMPUNG - Pandemi Covid-19 belum juga ditemukan obatnya hingga saat ini.

Demi menekan angka positif Covid-19 banyak negara yang melakukan vaksinasi Covid-19.

Pandemi yang disebabkan oleh virus yang bisa menyerang sistem pernafasan ini sudah menginfeksi ratusan juta jiwa di seluruh dunia.

Baca Juga: Waduh! Negeri Paman Sam Dituduh Halangi Penelusuran Asal-usul Virus Covid-19, Zhao Lijian: Bukan Dari China

Baca Juga: KUNCI JAWABAN Tematik Lengkap Tema 7 Kelas 2 SD/MI Halaman 102 Sampai 121 Subtema 2 Pembelajaran 5-6

Di Indonesia kasus positif Covid-19 yang terkonfirmasi hingga hari ini, 9 April 2021 sudah tercatat sebanyak 1.558.145 kasus.

Baru-baru ini, dalam penelitan yang dilakukan oleh Singapura dan Amerika Serikat (AS) melaporkan bahwa obat yang digunakan dalam pengobatan kanker ternyata juga dapat digunakan untuk mengobati pasien Covid-19 yang parah.

Dalam penelitian tersebut diketahui bahwa Topotecan, yang digunakan dalam kemoterapi, dapat mengurangi tingkat keparahan dan risiko kematian akibat Covid-19.

Baca Juga: Tahukah Anda? Pemerintah Akan Segera Meresmikan 8 Provinsi Baru di Indonesia, Diantaranya Kepulauan Nias

Baca Juga: Ingin Sukses Berbisnis Online? Coba Lakukan 4 Cara Mudah dan Jitu Ini, Salah Satunya Buat Iklan di Internet

Pada penderita Covid-19, obat tersebut bekerja dengan cara menekan peradangan di paru-paru. Demikian seperti yang ditunjukkan pada percobaan yang dilakukan terhadap hewan laboratorium.

Pasien Covid-19 sedang hingga parah menderita peradangan. Peradangan tersebut timbul akibat respons imun yang terlalu aktif. Pada beberapa pasien, respons imun yang berlebihan biasanya terjadi di paru-paru.

Respon imun tersebut dapat membanjiri area yang terinfeksi dengan sel darah putih, mengakibatkan peradangan parah, kerusakan jaringan, dan seringkali kematian.

Baca Juga: Tahukah Anda? Ternyata 7 Provinsi Ini Merupakan Daerah Termiskin di Indonesia, Nomor 5 Sungguh Tidak Terduga!

Baca Juga: Warga Lampung yang Sudah Mendaftar BLT UMKM Tapi Belum Menerima, Tidak Perlu Daftar Lagi!

Topotecan bekerja dengan cara mengekang respon imun ini, mengurangi resiko cedera pada tubuh. Hal ini dicapai pada dosis yang lebih rendah daripada yang biasanya digunakan dalam pengobatan kanker, sehingga secara signifikan mengurangi kemungkinan efek samping dari obat tersebut.

Namun, Topotecan tidak menghilangkan respon imun sepenuhnya. Hal ini terbukti ketika hewan yang menjadi percobaan masih mampu memproduksi antibodi untuk mengatasi virus tersebut.

Temuan studi yang melibatkan peneliti dari National University Cancer Institute, Singapura (NCIS) dan Icahn School of Medicine di Mount Sinai di Amerika Serikat ini dipublikasikan secara online di jurnal ilmiah Cell pada 30 Maret.

Baca Juga: Tahukah Anda? Berikut 10 Tokoh Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah Dunia, Salah Satunya Nabi Muhammad SAW

Baca Juga: Bocoran Ending Sisyphus: The Myth: Masa Depan Berubah, Tae Sool dan Seo Hae Berhasil Selamatkan Dunia!

Seorang penulis studi tersebut, Dr Anand Jeyasekharan, yang merupakan konsultan dan asisten direktur penelitian onkologi medis di Departemen Hematologi-Onkologi di NCIS, mengatakan: "Dengan obat yang digunakan dalam pengobatan kanker selama lebih dari 25 tahun, itu tersedia secara global dan tidak mahal, (obat tersebut) juga sudah dinyatakan keamanannya yang dipahami dengan baik pada manusia. Oleh karena itu, penelitian ini tepat waktu mengingat kurangnya akses universal terhadap vaksin."

Peneitian ini telah mengarah pada uji klinis fase satu di India, mengingat tingginya jumlah kasus Covid-19 sedang hingga parah banyak terjadi di sana.

Tim tersebut telah mendapatkan dana penelitian untuk uji klinis. Penelitian ini didukung oleh Dewan Riset Medis Nasional Kementerian Kesehatan Singapura dan Yayasan Riset Nasional.

Baca Juga: Ingin Mulai Berbisnis? Coba Praktikkan 5 Cara Mudah Sukses Jadi Reseller dengan Modal Minim

Baca Juga: Link Live Streaming Hercai Episode 138 Jumat, 9 April 2021: Reyyan Rayakan Momen Bahagia Tanpa Miran, Kenapa?

Sekitar 20 pasien Covid-19 sedang dan riwayat kanker akan direkrut untuk uji coba ini. Mereka akan diberi Topotecan selain steroid deksametason dan obat antivirus remdesivir, yang mana keduanya saat ini digunakan untuk mengobati Covid-19.

Pasien kanker dilibatkan karena mereka memiliki risiko penyakit parah yang lebih tinggi dan juga familiar dengan konsep pengobatan kemoterapi, kata Dr Jeyasekharan.

"Setelah dosis yang tepat telah ditetapkan pada fase satu, tujuannya adalah untuk membawa ini maju ke semua kasus Covid-19 yang moderat, tidak hanya untuk pasien kanker," jelasnya.

Baca Juga: Waspada! Hati-Hati Ternyata 6 Kebiasaan Makan Ini Bisa Sebabkan Kematian Dini, di Antaranya Makan Gorengan

Baca Juga: Bocoran Sinopsis Kisah Untuk Geri Episode 9, 16 April 2021 WeTV: Kata Terakhir Geri Buat Dinda Menangis?

Pasien akan diberikan dosis tunggal pada fase satu.

Enam pasien pertama akan diberikan 0,25 mg obat. Jika tidak ada efek samping yang diamati, dosis 0,5mg yang sedikit lebih tinggi kemudian akan diberikan kepada enam pasien berikutnya.

Jika tidak ada efek samping yang diamati, dosis kemudian akan ditingkatkan menjadi 0,75 mg untuk enam pasien berikutnya. Tingkat dosis tambahan dapat ditambahkan jika diperlukan, berpotensi memperluas percobaan ke 24 pasien.

Baca Juga: Pemerintah Ungkap 13 Daerah Indonesia Untuk Implementasi Jaringan 5G, Kominfo Beberkan Tantangannya

Baca Juga: Sinopsis Hercai Episode 138 Jumat, 9 April 2021 NET TV: Keadaan Reyyan Semakin Buruk Hingga Miran Mengamuk

Dosis ini secara signifikan lebih rendah daripada yang diberikan kepada pasien kanker, yaitu sekitar 2mg sehari selama tiga sampai lima hari.

"Tujuan dari uji klinis fase satu adalah untuk menetapkan dosis Topotecan terendah yang dapat dengan aman mengurangi penanda inflamasi Covid-19 pada pasien.

Kami ingin memulai dari dosis serendah mungkin dan kemudian perlahan-lahan berkembang dari sana," kata Dr Jeyasekharan.

Baca Juga: WAJIB TAHU! Indonesia Disebut Negeri Khatulistiwa, Berikut Julukan untuk Negara-Negara ASEAN Lainnya

Pasien akan dipantau di tiga bidang: penggunaan tes darah untuk memeriksa penanda peradangan; memeriksa tingkat obat yang sebenarnya di dalam darah untuk memastikan bahwa obat tersebut tetap dalam tingkat yang aman; dan terakhir memeriksa status klinis pasien - seperti apakah mereka mengalami sedikit atau banyak kesulitan bernapas.

Percobaan diperkirakan akan berlangsung antara tiga sampai enam bulan, tergantung pada seberapa cepat pasien yang cocok direkrut.

Jika uji klinis fase satu berhasil, fase kedua akan dimulai, dengan kumpulan pasien yang lebih besar yang direkrut dari berbagai negara.

Baca Juga: Dok! ASN Se-Bandarlampung Resmi Dilarang Mudik pada Lebaran Tahun 2021

Parameter tambahan juga akan dilacak, seperti waktu yang dibutuhkan pasien untuk keluar dari unit perawatan intensif dan tingkat kelangsungan hidup pasien.

Dr Jeyasekharan menambahkan: "Penggunaan kembali obat yang ada merupakan strategi global yang berharga untuk mengobati Covid-19 ... Topotecan adalah kandidat yang menarik karena aman dan murah dengan formulasi generik yang ada di seluruh dunia."

Dilansir dari Kabar Lumajang dalam artikel "Harganya Murah, AS dan Singapura Akan Uji Efektivitas Penggunaan Obat Kanker pada Pasien Covid-19", satu botol Topotecan, yang berisi 4mg obat, harganya sekitar $ 60 di Singapura, atau sekitar Rp651 ribu.***(Mabruri Pudyas Salim/Kabar Lumajang)

Editor: Nur Faizah Al Bahriyatul Baqir

Sumber: Kabar Lumajang


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah