SEPUTAR LAMPUNG – Seseorang tentu pernah merasa bosan makan di rumah dan ingin mencari suasana baru dengan makan di restoran.
Namun, beberapa riset telah mengungkap rahasia ‘kotor’ restoran yang jarang diketahui para pelanggan atau konsumennya.
Pada masa pandemi seperti ini, sebagian besar orang tentu memilih menahan diri untuk makan di luar atau di restoran.
Baca Juga: Calon Pengantin Bisa Terima Bantuan Prakerja, Bagaimana Cara Dapatnya dan Apa Syaratnya?
Tapi bagaimana dengan sebelum pandemi? Sebagian besar mungkin menjawab bahwa ide makan di restoran selalu menarik untuk dicoba.
Dilansir Seputar Lampung dari Portal Jember pada artikel: “7 Rahasia Praktik 'Nakal' Restoran, Mulai dari Isu Kebersihan, Kesehatan, hingga Reservasi”, umumnya, restoran (baik fast food maupun high-end) selalu memiliki masalah yang mirip.
Berikut 7 rahasia ‘kotor’ restoran yang jarang diketahui pelanggan:
- Menu adalah item yang jarang dibersihkan dan menyebabkan bakteri menumpuk
Mungkin tidak mengherankan bahwa dapur restoran adalah surga bakteri. Tapi, bakteri juga ada di item meja.
Good Morning America pernah melakukan eksperimen dengan mendatangi restoran dan menemukan fakta bahwa menu mengandung paling banyak kuman, dengan jumlah rata-rata 185.000 bakteri.
Baca Juga: Kabar Buruk dari Dunia Pendidikan Indonesia, Video Mesum Bocah SD dan SMP Tersebar di WhatsApp
Karena itu, pastikan untuk selalu membersihkan tangan dengan sabun atau hand sanitizer sebelum meninggalkan restoran.
- Kesehatan pelayan kadang tidak diperhatikan
Menurut studi terbaru oleh The Food Chain Workers Alliance, 53 persen pekerja rumah makan dilaporkan tetap bekerja saat sakit. “Banyak orang kalangan menengah ke bawah yang bekerja di restoran,” kata Peter Francis, salah satu penulis paparan industri How to Burn Down the House, di SmartMoney Wall Street Journal.
"Mereka tidak akan menyerahkan uang yang akan dihasilkan dalam satu shift karena sakit," imbuhnya.
- Bahaya ketika makanan sering tersentuh dengan sarung tangan plastik
Umumnya, pekerja di rumah makan akan menggunakan sarung tangan plastik agar dianggap aman.
Namun kenyataannya, sarung tangan plastik lebih berbahaya meninggalkan kuman dan bakteri ke makanan.
“Sarung tangan plastik lebih berbahaya daripada tangan kosong,” kata Howard Cannon, CEO dari Saksi Ahli Restoran dan penulis Panduan Lengkap untuk Memulai Restoran.
Michael Laiskonis, seorang koki kue New York, setuju. “Sangat mudah untuk menyentuh daging mentah, lalu berpindah ke menyentuh item makanan lain," kata Michael Laiskonis.
"Sarung tangan menjadi kendaraan untuk kontaminasi ketika tidak sering diganti, atau lebih buruk lagi, ketika tangan bersarung tangan yang sama yang menyiapkan makanan kemudian masuk ke mesin kasir.” imbuhnya.
Baca Juga: Terkuak! Ini Alasan Pemeran Andin Hilang di Ikatan Cinta 5 Maret 2021, Aldebaran Panik Dibuatnya
- Kebersihan toilet restoran menggambarkan kebersihan dapur
Rahasia lain dari restoran yakni isu kebersihan dapur. Jika Anda ingin mengetahui seberapa bersih dapur di restoran itu, Anda dapat dilihat dari kondisi toiletnya.
Itu adalah tanda yang jelas tentang standar sanitasi restoran. Anda cukup masuk ke kamar kecil.
“Kenyataannya adalah ketika kamar mandi kotor dan setiap pelanggan dapat melihat, bayangkan betapa kotornya dapur yang tidak dapat dilihat pelanggan,” kata Howard Cannon.
- Hidangan sederhana dengan harga tinggi
Bahan sederhana seperti pasta harganya tidak mahal. Hidangan di rumah makan biasanya ditutup dengan sesuatu yang harganya sedikit lebih mahal. Intinya, restoran perlu menghasilkan keuntungan.
“Di restoran fine dining, biaya rata-rata makanan adalah 38 hingga 42 persen dari harga menu,” kata Kevin Moll, CEO dan presiden National Food Service Advisors, di SmartMoney Wall Street Journal.
Pelanggan juga mungkin dikenai biaya untuk berbagi, memotong, menutup gabus, dan layanan lain yang membutuhkan tenaga kerja minimal.
Markup membantu membayar tenaga dapur, staf tunggu, dekorasi, musik, iklan, atau bahkan biaya real estate.
Baca Juga: Sinopsis Hercai Season 3 Jumat 5 Maret 2021 di NET TV: Kedatangan Reyyab Membuat Miran Menangis
- Restoran tidak ‘benar-benar’ menghitung kalori
Menurut sebuah studi oleh Journal of American Medical Association, sekitar satu dari lima pilihan menu yang dibanderol "rendah kalori" mengandung 100 kalori lebih banyak daripada status menu.
Ukuran porsi dan prosedur memasak sangat bervariasi di dunia restoran, sehingga mengarah ke berbagai asumsi kandungan kalori yang sebenarnya.
Banyak penghitungan kalori pada menu yang tidak akurat di restoran. Lebih buruk lagi, ketidakakuratan terletak pada bagian menu yang dilabeli "sehat".
- Reservasi tidak jadi jaminan
Ada praktik ‘nakal’ yang kerap dilakukan restoran, yaitu membuka slot banyak untuk pelayanan reservasi. Namun kadang slot ini tidak diperhitungkan sesuai kapasitas.
Baca Juga: Tes Kepribadian: Warna Lipstik Favorit Bisa Ungkap Karakter Asli Wanita, Ada yang Mudah Baper!
Pada malam tertentu, restoran menghitung persentase ketidakhadiran rata-rata dan membuka slot reservasi sebanyak itu, berharap akan tercipta pemerataan. Sehingga pada kasus tertentu tidak jarang akan mengarah pada kasus overbooking.
Itulah tujuh rahasia ‘kotor’ restoran yang sering terjadi dalam praktiknya dan patut diwaspadai.*** (Selly Kurniawan/Portal Jember)