Hati-hati, Malas Gerak atau Mager Ternyata Bisa Jadi Tanda Depresi! Kapan Harus ke Dokter Jiwa atau Psikolog?

- 12 September 2023, 10:50 WIB
Ilustrasi mager atau malas gerak. Hati-hati, ternyata ini bisa jadi Anda sedang depresi.
Ilustrasi mager atau malas gerak. Hati-hati, ternyata ini bisa jadi Anda sedang depresi. /pexels-andrea-piacquadio/

SEPUTARLAMPUNG.COM - Sering mendengar istilah mager atau malas gerak? Atau Anda sedang merasakannya saat ini?

Hati-hati, ternyata mager bisa jadi salah satu tanda kita sedang depresi. Kapan harus meminta bantuan ke dokter jiwa, psikolog atau tenaga medis lainnya? Simak ulasannya di artikel berikut.

Perihal mager sebagai salah satu tanda depresi ini salah satunya disampaikan oleh Praktisi Kesehatan Spesialis Kedokteran Jiwa dari Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof dr I.G.N.G Ngoerah, Denpasar, dr Ida Aju Kusuma Wardani, dalam acara gelar wicara terkait depresi, yang dilakukan secara daring di Jakarta pada Senin kemarin.

Baca Juga: POPULER Hari Ini: Rekomendasi Penginapan Murah di Bali, hingga Sinopsis Film White House Down dan 9/11

"Seperti tidak ada energi, mager (malas gerak), menarik diri dari lingkungan, dan sulit tidur, merupakan beberapa tanda depresi yang perlu dibantu," demikian menurut Ida terkait malas gerak bisa menjadi salah satu tanda depresi.

Baca Juga: BLT PIP 2023 Termin 2 Cair hingga September bagi Siswa dengan NIK NISN Ini, Tarik Tunai Dana Bansos di 3 Bank

Menurut Ida lebih lanjut, kehilangan minat pada suatu rutinitas tertentu seperti bekerja atau melakukan hobi seperti olahraga, juga merupakan salah satu tahapan yang harus diwaspadai sebelum pada tahap depresi yang lebih berat.

Tak hanya kehilangan minat, perilaku seperti putus asa, perasaan bahwa diri tidak berguna, serta harapan yang terlalu tinggi namun tidak sesuai dengan usaha yang dilakukan juga perlu diwaspadai karena juga bisa menjadi bagian gejala depresi.

Jika terus dibiarkan hingga menjadi depresi yang lebih berat, seseorang yang mengalaminya umumnya akan lebih sensitif dan cenderung mengatakan bahwa dirinya "sudah bosan hidup" atau "tidak tahan dalam menghadapi cobaan kehidupan".

Baca Juga: 15 Contoh Soal Pilihan Ganda PTS Matematika Kelas 5 SD Semester Ganjil Kurikulum Merdeka Belajar

Saat sudah sampai pada tahap yang sudah 'rapuh' ini, maka yang bersangkutan menurut Ida, harus segera dibantu.

Bantuan yang utama idealnya datang dari orang-orang terdekat. Ida mengimbau agar setiap orang mewaspadai dan merangkul kerabat atau famili yang mulai menunjukkan memiliki sejumlah gejala depresi untuk mencegah depresinya semakin bertambah parah sekaligus mencegah terjadinya tindakan yang lebih ekstrem seperti akan melakukan percobaan bunuh diri.

Ida menegaskan bahwa percobaan bunuh diri merupakan sebuah perbuatan negatif, yang hanya berakibat pada dua hal yakni merenggut nyawa atau menjadikan seseorang cacat di sisa hidupnya.

Baca Juga: Rezeki Nomplok dari Live Streaming Flash Sale di Shopee Live, Pemuda Tasikmalaya Dapat Avanza Seharga Rp9.000

Bertepatan dengan Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia yang diperingati tiap 10 September, dokter RSUP ini mengajak setiap orang untuk berkonsultasi kepada ahlinya untuk mencegah dampak yang lebih buruk saat mulai merasakan ada tanda-tanda depresi.

"Tidak harus ke spesialis kejiwaan/psikiater, carilah solusi mana yang paling bisa didapatkan, bisa psikolog atau kalau adanya dokter umum juga boleh, yang penting ada bantuan tenaga medis, agar tidak terpuruk, karena dengan sosialisasi dapat menciptakan harapan melalui tindakan," pungkasnya memberi solusi terhadap antisipasi dini pada depresi sebelum semakin bertambah parah.***

Editor: Ririn Handayani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x