Diperkarakan Relawan Jokowi, Najwa Shihab Sebut Treatment Kursi Kosong Lazim di Negara Lain

- 7 Oktober 2020, 06:00 WIB
Kata Najwa Shihab setelah diadukan relawan Jokowi soal kursi kosong
Kata Najwa Shihab setelah diadukan relawan Jokowi soal kursi kosong /Tania Latief/Instagram @najwashihab

SEPUTAR LAMPUNG - Acara yang dipandu Najwa Shihab seringkali ditunggu masyarakat.

Topik yang aktual dan relevan, bintang tamu yang bukan orang sembarangan, ada sejumlah hal yang menjadi daya tariknya.

Dan beberapa hari lalu, Mata Najwa yang dipandunya trending karena mewawancarai kursi kosong yang mestinya diisi oleh Menteri Terawan.

Ketidakhadiran Menteri Kesehatan mengundang banyak tanya masyarakat karena mereka sangat ingin mendengar langsung dari sang menteri tentang sejumlah hal terkait kesehatan di negeri ini khususnya yang berkaitan dengan pandemi yang saat ini masing berlangsung.

Namun rupanya bukan jawaban yang didapat masyarakat. Wawancara kursi kosong masih berlanjut dengan Najwa Shihab sebagai objek beritanya.

Baca Juga: Balapan MotoGP Seri ke-9 di Rumah Sendiri, Fabio Quartararo Diyakini Bakal Sapu Bersih

Nama Najwa Shihab mendadak ramai usai dilaporkan ke Polda Metro Jaya pada Selasa 6 oktober 2020.

Sebagaimana diberitakan oleh Pikiran-rakyat.com sebelumnya dalam artikel berjudul "Najwa Shihab Tanggapi Pelaporannya ke Polisi: Treatment Kursi Kosong Lazim di Negara Lain", Najwa Shihab dilaporkan oleh Relawan Jokowi Bersatu atas dugaan cyber bullying.

Tuduhan itu muncul terkait monolog 'wawancara kursi kosong' yang dilakukan oleh Najwa Shihab beberapa waktu lalu, yang ditujukan untuk mengkritisi kinerja Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto.

"Kejadian wawancara kursi kosong Najwa Shihab itu melukai hati kami sebagai pembela presiden. Karena Menteri Terawan adalah representasi dari Presiden RI Joko Widodo," kata Ketua umum Relawan Jokowi Bersatu Silvia Devi Soembarto saat mengajukan laporan ke Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa siang.

Baca Juga: Gantikan Kartu Prakerja, Ini Penjelasan Apa Itu Jaring Pengaman Sosial yang Diluncurkan Kemnaker

Namun, laporan dari kelompok Relawan Jokowi Bersatu itu ditolak oleh penyidik Polda Metro Jaya, dan disarankan untuk dibawa ke Dewan Pers.

Menanggapi hal tersebut, Najwa Shihab mengaku baru mengetahui pelaporan tersebut dari rekan-rekannya di media.

"Saya baru mengetahui soal pelaporan ini dari teman-teman media. Saya belum tahu persis apa dasar pelaporan termasuk pasal yang dituduhkan," tulis Najwa pada Selasa malam di akun Instagram pribadinya, @najwashihab.

Terkait monolog 'wawancara kursi kosong' yang rencananya akan dibawa ke Dewan Pers, Najwa Shihab mengaku siap-siap saja memberikan keterangan.

"Jika memang ada keperluan pemeriksaan, tentu saya siap memberikan keterangan di institusi resmi yang mempunyai kewenangan untuk itu," lanjutnya.

Dalam kesempatan yang sama, Najwa Shihab berupaya untuk menjelaskan maksud dan tujuan dari monolog 'wawancara kursi kosong' yang dilakukannya.

Baca Juga: Jumlah Positif Covid-19 di Provinsi Lampung Tembus 1.000 Kasus

Wanita kelahiran 16 September 1977 itu mengatakan, monolog yang dilakukannya awalnya diniatkan untuk mengundang pejabat publik, khususnya Menkes Terawan, untuk menjelaskan kebijakan-kebijakannya.

"Penjelasan itu tidak harus di Mata Najwa, bisa di mana pun. Namun, kemunculan Menteri Kesehatan memang minim dari pers sejak pandemi kian meningkat, bukan hanya di Mata Najwa saja," tulis Najwa.

"Dan dari waktu ke waktu, makin banyak pihak yang bertanya ihwal kehadiran dan proporsi Menteri Kesehatan dalam soal penanganan pandemi," lanjut wanita kelahiran Makassar itu.

Selain itu, Najwa beralasan bahwa monolog 'kursi kosong' bukanlah hal spesial di media internasional.

"Sependek ingatan saya, treatment 'kursi kosong' ini belum pernah dilakukan di Indonesia, tapi lazim di negara yang punya sejarah kemerdekaan pers cukup panjang," ungkap Najwa.

"Pada 2019 lalu di Inggris, Andrew Neil, wartawan BBC, juga menghadirkan kursi kosong yang sedianya diisi Boris Johnson, calon Perdana Menteri Inggris, yang kerap menolak undangan BBC. Hal serupa juga dilakukan Kay Burley di Sky News ketika Ketua Partai Konservatif James Cleverly tidak hadir dalam acara yang dipandunya," tutupnya.***(Agil Hari Santoso/Pikiran Rakyat)

Editor: Dzikri Abdi Setia

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah