Kumpulan Teks Pidato Hari Sumpah Pemuda, pada 28 Oktober 2021 Untuk Sekolah, Instansi atau Lembaga, Umum

- 4 Oktober 2021, 14:30 WIB
Ilustrasi Sumpah Pemuda.
Ilustrasi Sumpah Pemuda. /truthseeker08/Pixabay

Baca Juga: INI LINK Download Buku Tematik Tema 4 Kelas 3 SD dan MI: Kewajiban dan Hakku untuk Siswa dan Guru
 
Pernahkah kita membayangkan bagaimana seorang katjasungkana dari madura dapat bertemu dengan lefrand senduk dari sulawesi? Bukan hanya bertemu, tapi mereka juga berdiskusi, bertukar pikiran, mematangkan gagasan hingga akhirnya bersepakat mengikatkan diri dalam komitmen keindonesiaan. 
 
Padahal, jarak antara sawah lunto dengan kota ambon, lebih dari 4.000 kilometer. Hampir sama dengan jarak antara kota jakarta ke kota sanghai di china. Sarana transportasi umum saat itu, masih mengandalkan laut.
 
Dibutuhkan waktu berminggu-minggu untuk bisa sampai ke kota mereka. Alat komunikasi pun masih terbatas, mengandalkan korespondensi melalui kantor pos. Hari ini surat dikirim, satu dua bulan kemudian, barulah sampai di alamat tujuan.

Belum lagi kalau kita berbicara tentang perbedaan agama dan bahasa. Mohammad yamin beragama islam berbahasa melayu, johannes leimena beragama protestan berbahasa ambon.
 
Begitupun dengan katjasungkana, lefrand senduk, dan 71 pemuda peserta kongres lainnya. Mereka memiliki latar belakang agama, suku, bahasa dan adat istiadat yang berbeda-beda. Namun, fakta sejarah menunjukkan bahwa sekat dan batasan-batasan tersebut tidak menjadi halangan bagi para pemuda indonesia untuk bersatu demi cita-cita besar indonesia. Inilah yang kita sebut dengan; “berani bersatu”.

Para pemuda indonesia dan hadirin sekalian yang berbahagia…

Kita tentu patut bersyukur atas sumbangsih para pemuda indonesia yang sudah melahirkan sumpah pemuda. Sudah seharusnya kita meneladani langkah-langkah dan keberanian mereka hingga mampu menorehkan sejarah emas untuk bangsanya. Bandingkan dengan era sekarang. 
 
Hari ini, sarana transportasi umum sangat mudah. Untuk menjangkau ujung timur dan barat indonesia hanya dibutuhkan waktu beberapa jam saja. Untuk dapat berkomunikasi dengan pemuda di pelosok-pelosok negeri ini, cukup dengan menggunakan alat komunikasi, tidak perlu menunggu datangnya tukang pos hingga berbulan-bulan lamanya. Interaksi sosial dapat dilakukan 24 jam, kapanpun dan dimanapun.

Namun, anehnya justru dengan berbagai macam kemudahan yang kita miliki hari ini, kita justru lebih sering berselisih paham, mudah sekali memvonis orang, mudah sekali berpecah belah, saling mengutuk satu dengan yang lain, menebar fitnah dan kebencian.

Baca Juga: Contoh Macam-Macam Interaksi Sosial yang Mengarah Bisa kepada Persatuan dan Perpecahan
 
Seolah-olah kita ini dipisahkan oleh jarak yang tak terjangkau, atau berada di ruang isolasi yang tidak terjamah, atau terhalang oleh tembok raksasa yang tinggi dan tebal sehingga tidak dapat ditembus oieh siapapun.

Padahal, dengan kemudahan teknologi dan sarana transportasi yang kita miliki hari ini, seharusnya lebih mudah buat kita untuk berkumpul, bersilaturahmi dan berinteraksi sosial. Sebetulnya, tidak ada ruang untuk salah paham apalagi membenci, karena semua hal dapat kita konfirmasi dan kita klarifikasi hanya dalam hitungan detik.

Para pemuda indonesia dan hadirin sekalian yang kami banggakan…

Dalam sebuah kesempatan, presiden republik indonesia yang pertama, bung karno pernah menyampaikan : “jangan mewarisi abu sumpah pemuda, tapi warisilah api sumpah pemuda. Kalau sekadar mewarisi abu, saudara-saudara akan puas dengan indonesia yang sekarang sudah satu bahasa, satu bangsa, dan satu tanah air. Tapi ini bukan tujuan akhir,”

Pesan yang disampaikan oleh bung karno ini sangat mendalam khususnya bagi generasi muda indonesia. Api sumpah pemuda harus kita ambil dan terus kita nyalakan. Kita harus berani melawan segala bentuk upaya yang ingin memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Kita juga harus berani melawan ego kesukuan, keagamaan dan kedaerahan kita. Ego ini yang kadangkala mengemuka dan menggerus persaudaraan kita sesama anak bangsa. Kita harus berani mengatakan bahwa persatuan indonesia adalah segala-galanya, jauh di atas persatuan keagamaan, kesukuan, kedaerahan, apalagi golongan. 
 
Mari kita cukupkan persatuan dan kesatuan indonesia. Stop segala bentuk perdebatan yang mengarah pada perpecahan bangsa. Kita seharusnya malu dengan para pemuda 1928 dan juga kepada bung karno, karena masih harus berkutat di soal-soal ini. Sudah saatnya kita melangkah ke tujuan lain yang lebih besar, yaitu mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.

Halaman:

Editor: Nur Faizah Al Bahriyatul Baqir

Sumber: Kemendikbud


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah