Kedua: Rasa malu kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Ketiga: Memelihara nikmat dan kebaikan-Nya yang dirasakan, karena dosa itu akan mencabut nikmat dan itu bisa dipastikan.
Nikmat terbesar adalah nikmat keimanan. Dosa zina, mencuri, minum-minuman keras, merampok, akan menghilangkan nikmat tersebut dan mencabutnya.
Sebagian generasi salaf mengatakan, “Saya telah melakukan dosa, maka aku dijauhkan dari qiyamullail selama satu tahun.”
Sebagian lainnya mengatakan, “Saya telah melakukan dosa, maka aku dijauhkan dari memahami Al-Qur’an.”
Ada bait syair yang menyebutkan,
إِذَا كُنْتَ فِي نِعْمَةٍ فَارْعَهَا … فَإِنَّ الْمَعَاصِي تُزِيلُ النِّعَم
“Jika kamu mesarakan kenikmatan maka peliharalah, karena kemaksiatan akan melenyapkannya”.
Keempat: Takut kepada Allah, takut akan murka-Nya, hal ini akan kuat menancap dengan membenarkan janji dan ancaman-Nya, beriman kepada-Nya, kepada kitab-Nya, kepada Rasul-Nya. Sebab ini akan menguat dengan ilmu dan keyakinan dan akan lemah dengan melemahnya keduanya.