Naskah Khutbah Jumat Terbaru Edisi 10 Maret 2023 dengan Tema Kategori Amal Diridhai Allah

- 4 Maret 2023, 19:20 WIB
Ilustrasi memberi. Naskah khutbah Jumat edisi 10 Maret 2023 dengan tema kategori amal dridhai Allah.
Ilustrasi memberi. Naskah khutbah Jumat edisi 10 Maret 2023 dengan tema kategori amal dridhai Allah. /Timur Weber/ pexels

Dalam ayat itu Zaid bin Haritsah, bukan Zaid bin Tsabit.

Baca Juga: 20 Contoh Soal Pilihan Ganda PTS PPKn Kelas 7 SMP Semester 2 Kurikulum Merdeka Belajar Beserta Kunci Jawaban

Yang kedua adalah Bilal bin Abi Rabbah, kita sudah banyak mengetahui bagaimana Bilal, budak asal Afrika ini. Karena keimanan dia; Ahad ahad ahad, serba Allah. Disiksa pun bilang Ahad. Ketika punya kesempatan di Masjidil Haram di dekat Ka’bah ada beberapa patung, karena begitu kesal pada peranti-peranti kemusyrikan, patung-patung itu diludahi.

Tentu saja para pembesar orang-orang kafir itu marah,  “kamu berani meludahi Tuhanku”. Jawab Bilal, “Tuhan apa, itu batu. Selain Allah, tidak ada yang berhak menjadi Tuhan”.

Siapa pun, tidak juga Yesus. Tidak mungkin, pada hari wafatnya Yesus itu; satu sisi disebut Tuhan dan satu sisi dia wafat. Dimana ada cerita Tuhan itu mati? Ini pasti sebuah konsep teologi yang paradoks.

Kembali ke Bilal, dia disiksa habis-habisan dan kemudian oleh Abu Bakar ditebus. Setelah ditebus lalu dimerdekakan, dinasehati oleh Abu Bakar, “kamu sebaiknya pulang saja ke negerimu. Daripada kamu disini membikin repot saja”. Apa jawab Bilal, “tidak, saya senang Bersama Rasul”.

Dari kehebatan komitmen semua serba Allah, apa penghargaan Rasul terhadap Bilal. Pada Fathu Makkah, Bilal disuruh naik Ka’bah kemudian azan. Dari segi posisi fisik, itu artinya yang paling atas adalah Allah, dibawah-Nya ada Bilal, dibawah kaki Bilal ada Ka’bah. Bayangkan, Baitullah diinjak, belum pernah ada sahabat yang diberi izin begitu. Mengumandangkan azan di zaman dulu belum ada speaker, jadi memakai alat seperti corong. Ketika mengucap hayya ‘ala as-Sholah, tengok ke kanan. Hayya ‘ala al-Falah, tengok ke kiri. Itu semua bertujuan untuk penyebaran suara, agar merata dengan menoleh ke kanan dan ke kiri.

Kemudian, posisi di bawah Ka’bah itu ada Rasulullah yang mau menjadi imam, dan kaum muslimin dibawah. Bisa dibayangkan dari segi penderajatan fisik; Allah yang diseru, dibawah gusti Allah ada Bilal, dibawah dia ada Ka’bah, dan di Ka’bah baru ada Rasulullah dan kaum muslimin.

Apa tindakan Rasulullah ini. Dari perspektif teologis menunjukkan bahwa derajat seorang Bilal walaupun dari golongan budak, kemarin sudah kami singgung bahwa walaupun orangnya masih hidup di dunia tapi suara sandalnya sudah ada di surga. Bisa dibayangkan, budak masih hidup, sudah resmi menjadi penghuni surga.

Persoalannya adalah sudahkah kita ini didaftar (jadi penghuni surga) oleh Allah, sudahkah kita ini serius memantaskan diri sebagai penghuni surga. Inilah yang sering kita lupakan, masih saja berkutat di dunia.

Halaman:

Editor: Dzikri Abdi Setia

Sumber: Tebuireng Online


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x