Naskah Khutbah Jumat 10 Maret 2023 dengan Tema Sambut Ramadhan dengan Hidup Sederhana

6 Maret 2023, 18:00 WIB
Khutbah Jumat 10 Maret 2023 dengan Tema Sambut Ramadhan dengan Hidup Sederhana/ Thridman/ pexels /

SEPUTARLAMPUNG.COM - Berikut ini adalah teks khutbah Jumat 10 Maret 2023 yang tersaji secara singkat, mudah dipahami dan cocok untuk referensi Khutbah Jumat minggu ini.

 

Isi materi Khutbah Jumat kali ini, mengulas lebih detail terkait poin-poin penting bagaimana Umat Muslim hidup dengan Kesederhanaan?

Bulan Suci Ramadhan adalah bulan yang paling dinantikan oleh seluruh umat Islam di seluruh dunia.

Terdapat banyak keberkahan di Bulan Suci Ramadhan ini, sehingga banyak umat muslim yang berlomba-lomba untuk mengumpulkan amal dan mencari kebaikan.

Ada banyak cara yang dapat kita lakukan untuk mencari kebaikan di Bulan Ramadhan, salah satunya adalah dengan membaca Alquran.

Baca Juga: Referensi Materi Khutbah Jumat Terbaru Edisi 10 Maret 2023 dengan Tema Cerdas dalam Memanfaatkan Harta

Membaca dan memahami makna Alquran adalah kewajiban dan ibadah bagi setiap muslim, karena Ibadah yang dilakukan di Bulan Ramadhan akan dilipatgandakan pahalanya.

Selain itu, Anda akan mendapatkan manfaat yang mungkin dapat kita rasakan selain mendapatkan ganjaran pahala dari Allah SWT, di antaranya.

Membaca Alquran dapat membuat hati dan pikiran menjadi tenang, serta membuat perasaan menjadi tentram.

Dengan membaca Alquran seorang muslim akan semakin mendekat kepada Allah SWT dan dapat menjaga imannya, sehingga Iman seseorang selalu berada dalam kebenaran.

Menjelang bulan Ramadhan, perlu persiapan khusus agar kita sebagai umat Muslim sejati telah siap menjalankan ibadah puasa dan ibadah lainnya di bulan Ramadhan, sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah.

Adanya referensi materi khutbah di minggu pertama pada 10 Maret 2023, diharapkan bisa dipahami dengan baik. Silahkan catat dan pelajari poin-poin penting.

Baca Juga: Pendataan KJP Plus Tahap 1 2023 Masih Dibuka Sampai 22 Maret, Siswa yang Tak Terdaftar Bisa Lakukan Hal Ini

Untuk lebih lanjut, berikut khutbah Jumat bertema, ‘Sambut Ramadhan dengan Hidup Sederhana,’ disampaikan oleh RB Khatib Pahlawan Kayo, sebagaimana dikutip Seputarlampung.com dari laman Muhammadiyah.or.id.

الحمد لله الذى هدانا لهذا وما كنا لنهتدي لولا أن هدانا الله

أشهد أن لا اله الا الله وحده لاشريك له وأشهد أن محمدا عبده

ورسوله لانبي بعده أللهم صل وسلم على نبينا محمد وعلى أله و أصحابه أجمعين

أما بعد فياأيهاالناس اتقوا الله حق تقاته ولاتموتن الا وأنتم مسلمون

Hadirin yang dirahmati Allah

Puji syukur marilah kita sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan iman kepada kita, sehingga kita dapat menyelesaikan ibadah Ramadhan dengan sempurna berikut ibadah-ibadah sunnah yang menyertainya. Shalawat dan salam marilah kita mohonkan kepada Allah SWT agar dilimpahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW yang telah berjuang dengan segenap waktu dan tenaga dan pikirannya, sehingga Islam hadir membawa rahmat bagi alam semesta.

Islam sebagai agama yang hak dan berwawasan universal, telah memerdekan akal dan pikiran manusia agar mampu memilih dan memilah bagaimana tatacara kehidupan yang dapat membawa kebahagiaan hidup tidak hanya di dunia yang bersifat fana dan sementara, tapi lebih menguatamakan kebahagiaan hidup nanti di akhirat yang kekal dan abadi. Untuk itulah disyariatkan berbagai macam ibadah yang dapat mengantarkan manusia menuju kebahagiaan tersebut, salah satu diantaranya adalah ibadah puasa Ramadhan yang baru saja kita tunaikan. Namun yang menjadi pertanyaan adalah, sudah seberapa jauh pengaruh nilai-nilai ibadah puasa itu terhadap perilaku kita sehari-hari?

 

Hadirin yang dirahmati Allah

Baca Juga: Besok 7 Maret 2023 Malam Nisfu Syaban 1444 H, Ini Doa dan Amalan yang Dikerjakan, Dimulai setelah Maghrib

Mengapa jumlah umat Islam yang konsisten meramaikan masjid sampai akhir Ramadhan semakin menurun dan sesudah Ramadhan semakin merisaukan? Salah satu faktornya adalah karena masih terjadi kesenjangan antara pesan-pesan dakwah Ramadhan dengan sikap penerimaan dan pemahamannya, sehingga dalam aplikasinya masih banyak yang terlena mempersiapkan hari raya dengan berlebihan. Artinya masih banyak jama’ah yang belum berhasil memahami indahnya konsep hidup sederhana menurut Islam, sehingga yang dikedepankan adalah bagaimana mengahadapi lebaran dengan segala sesuatu yang serba istimewa. Akibatnya untuk mempersiapkan semuanya itu tanpa disadari malam-malam yang mulia diakhir Ramadhan yang bernilai lebih seribu bulan menjadi terabaikan dan berlalu tanpa bekas.

Sebenarnya, Islam sejak awal telah memberi arah agar setiap muslim mampu mengelola kehidupannya dengan pola hidup yang sederhana. Pengertian sederhana adalah; seimbang, serasi dan selaras baik dilihat dari sudut pisik material maupun mental spritual.

Sayang dalam pergaulan sehari-hari kita mudah terpancing untuk meniru tanpa seleksi ketika melihat teman sejawat di tempat kerja atau tetangga dikomplek perumahan tampil memamerkan sesuatu yang mencengangkan.

Mungkin dalam penampilan berpakaian atau bergaya dan bersikap. Padahal sifat seperti itu disebut ‘ujub atau takabur. yang tak perlu dicontoh. Dalam sebuah hadis, Rasulullah mengingatkan ada tiga perkara yang membuat manusia celaka; yaitu: “Kikir yang diikuti, hawa nafsu yang diperturutkan dan ta’ajub (tercengang) pada kelebihan diri sendiri”.

Hadirin yang dirahmati Allah

Kebiasaan menghadapi lebaran (hari Raya) dengan serba baru, dengan biaya mahal yang melebihi dari kepatutan, sebenarnya bukanlah karakter hidup Islami.

Karena bagaimanapun pasti didorong sifat keangkuhan untuk mengikuti gaya hidup modern yang menunjukkan perilaku tidak sesuai dengan hikmah dan tujuan ibadah puasa yang bermakna “imsak” atau menahan.

Pendidikan puasa sesungguhnya melatih dan memperkaya khazanah bathin kita untuk bisa merenung bagaimana merasakan hidup miskin yang jauh dari kecukupan. Dengan demikian sebagai orang yang bertaqwa kita harus bisa buktikan bahwa kita mampu hidup berdampingan dengan saudara-saudara kita kaum dhu’afa’ dengan saling membantu dan meolong.

Karena mareka sedang susah dan payah mencari nafkah disebabkan mungkin sedang mengalami putus hubungan kerja (PHK) dan bergulat dengan kemiskinan karena sulit mendapatkan lapangan kerja baru. Mereka menghadapi kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari baik untuk makan ataupun pakaian dan sewa rumah. Kerisuan mereka lebih-lebih terasa ketika menghadapi hari raya yang mulia ini.

Oleh karena itu, marilah kita berusaha membangun lingkungan yang mampu hidup sederhana, dengan menanamkan sifat “Qana’ah”. Artinya merasa puas dan bersyukur dengan nikmat Allah yang sudah ada, karena apa yang dimiliki sudah memadai bahkan mungkin berlebih.

Ciri orang yang bersyukur diantaranya mampu melihat ke bawah, sebab masih banyak orang yang hidupnya lebih menderita, lebih miskin dan melarat.

Dengan demikian terketoklah hati kita untuk berbagi kebahagiaan dengan kaun dhu’afaa yang masih banyak jumlahnya di skeitar kita. mereka sangat membutuhkan uluran tangan para aghniyak, terutama dalam menghadapi hari raya yang yang mulia ini.

 

Baca Juga: Buka kjp.jakarta.go.id untuk Cek Penerimanya! Berapa Dana KJP Plus Tahap 2 2022 yang Diterima Siswa SMA?

Hadirin yang dirahmati Allah

Kondisi ekonomi umat yang masih belum bangkit, terutama bagi saudara-saudara kita yang tergolong dhu’afaa, terasa semakin sulit untuk memenuhi biaya hidup apalagi untuk meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan dan ibadah, karena biaya hidup semakin mahal.

Di sisi lain masih ada saudara-saudara kita yang tidak peduli lingkungan, tidak ramah dan tidak santun dalam bertetangga. Padahal telah diberi Allah berbagai macam sumber rezki melebihi dari kebutuhan pokoknya.

Mestinya bulan Ramadhan telah berhasil menyemaikan benih-benih kearifan dengan harapan dapat melahirkan sifat-sifat terpuji dihadapan Allah, seperti ingin membantu dan menolong terhadap sesama tanpa harus menunggu yang bersangkutan meminta atau menadahkan tangan terlebih dahulu.

Sadarilah, Rasulullah SAW bersabda “bahwa tangan yang di atas itu(pemberi) lebih mulia dari tangan di bawah (penerima)”. Seminimal-minimal sikap yang harus dibangun adalah; menampakkan diri hidup dalam kebersamaan dan saling pengertian dalam nuansa ukhuwah Islamiyah. Rasulullah SAW bersabda; “Tidaklah sempurna iman seseorang, manakala ia belum mencintai saudaranya se iman sama dengan mencintai dirinya sendiri”.

Karenanya di saat kita memasuki Syawal ini, dimana masing-masing kita telah memproklamirkan diri sebagai orang yang bertaqwa, barangkali sudah saatnya kita melakukan introspeksi mengkritisi diri apakah hidup kita telah mampu beradaptasi dan berasimilasi dengan sifat-sifat utama dalam koridor akhlaqul karimah; seperti hidup sederhana, disiplin dalam beribadah, optimis menghadapi masa depan, kreatif dalam beribadah dan produktif dalam beramal. Tidak mubazir dan berpoya-poya, apalagi tidak peduli dan tak mau membantu sesama.

Meskipun ada yang selama bertahun-tahun sempat terperangkap dengan gaya hidup konsumeristik dan hedonistik, sehingga segala sesuatunya telah berlebih dan tak tahu lagi mau diapakan. Dengan hikmah Ramadhan mudah-mudahan sifat rakus dan tamak yang mungkin melekat pada diri kita segera mencair dan hilang tak berbekas. Maka berbahagialah kalau kesadaran itu sudah muncul untuk kembali ke jalan yang benar sebagai buah dari hikmah Ramadhan yang penuh berkah.

Hadirin yang dirahmati Allah

Baca Juga: Musim Hujan, Waspada Penyakit Leptospirosis, Kenali Gejala dan Cara Cegahnya

Lihatlah isi lemari dan koper, mungkin banyak pakaian sudah menumpuk, banyak sepatu dan sendal tak terpakai, sedang kualitasnya masih bagus dan kuat. Pilihlah dengan hati yang ikhlas, kemudian serahkanlah kepada karib kerabat dan tetangga yang membutuhkan. Tahan dan kendalikanlah diri untuk tidak lagi memperturutkan hawa nafsu menumpuk-numpuk harta kekayaan. Sebaliknya biasakanlah diri untuk menikmati rezki pemberian Allah yang telah diterima secara rutin dengan penuh kesyukuran yang mendalam. Berhentilah berpoya-poya dengan memperturutkan serba model apalagi asesoris yang serba mahal. Janganlah masih berniat untuk mengirim karangan bunga sebagai ucapan selamat atau duka yang dilatar belakangi karena gengsi dan terima kasih yang serba semu dan dalam niat yang tercemar. Ingat perilaku seperti itu jauh dari keikhlasan dan termasuk mubazir yang dilarang agama.

 

Allah SWT, tidak menyukai sifat berlebih-lebihan, sebagaimana yang disinggung dalam al-Qur’an: “Dan janganlah kamu sekalian berbuat israf (berlebih-lebihan), sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan)” . (Q.S.Al-An’am: 141). “Dan janganlah kamu berbuat mubazir, sesungguhnya orang-orang yang bebuat mubazir itu adalah teman-teman Syetan”. (Q.S.al-Isra: 26-27).

Hadirin yang dirahmati Allah

Demikianlah khutbah kita hari ini, mudah-mudahan ada manfaatnya bagi kita semua, terutama bagi khatib sendiri.

أقول قولى هذا و أستغفر الله العظيم فاستغفروه انه هو الغفور الرحيم

Khutbah Kedua

ألحمد لله رب العالمين وبه نستعين على أمور الدنيا و الدين

أشهد أن لا اله الا الله وحده لاشريك له وأشهد أن محمدا عبدهورسوله لانبي بعده

أللهم صل وسلم على نبينا محمد وعلى أله و أصحابه ومن والاه ومن تبعهم باءحسان الى يوم الدين

أما بعد فيا عباد الله أوصى بنفس و اياكم بتقوى الله حق تقاته لعلكم تفلحون

أللهم اغفرللمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسل

Editor: Ririn Handayani

Sumber: Muhammadiyah.or.id

Tags

Terkini

Terpopuler