Beberapa jenis hewan yang dapat menjadi sumber penularan antara lain tikus, kucing, anjing, sapi, babi, dan kambing.
Kasus Leptospirosis lebih sering ditemukan di wilayah-wilayah tropis dan subtropis, yang mengalami curah hujan yang tinggi.
Oleh karena itu, masyarakat Indonesia patut mewaspadai adanya kemungkinan terserang penyakit ini saat musim penghujan tiba. Khususnya, masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir.
Gejala Leptospirosis
Melansir Kemenkes RI, berikut gejala yang dapat dialami oleh seseorang yang terinfeksi Leptospirosis:
- Demam 38,5 derajat Celcius.
- Sakit kepala.
- Badan lemah.
- Nyeri otot hingga kesulitan berjalan.
- Kemerahan pada selaput putih mata.
- Kekuningan (ikterik) pada mata dan kulit.
Baca Juga: Waspadai Flu Burung! Kenali Gejala, Cara Penularan, hingga Upaya Pencegahannya Sebelum Terlambat!
Cara Pencegahan
Adapun cara pencegahan yang dapat dilakukan sebagai antisipasi atas infeksi penyakit Leptospirosis, antara lain:
- Simpan makanan dan minuman agar aman dari tikus.
- Cuci tangan dan kaki dengan sabun setelah terpapar air banjir, tanah becek, atau lumpur.
- Menjaga kebersihan lingkungan, dan melakukan 3M Plus.
- Memasang perangkap tikus.
- Tutup luka dengan perban anti air dan bersihkan selalu luka.
Jika seseorang mengalami gejala Leptospirosis dan memiliki riwayat terpapar air banjir, tanah becek, atau lumpur dalam 2 minggu sebelum sakit, maka segera datangi Puskesmas atau Fasyankes terdekat.