Thrifting Pakaian Bekas Impor Dilarang Pemerintah, Mengapa? Ini Alasan dan Faktanya

- 5 Maret 2023, 18:00 WIB
Ilustrasi thrift pakaian bekas.
Ilustrasi thrift pakaian bekas. /Pexels/Cottonbro studio

SEPUTARLAMPUNG.COM – Bisnis thrifting belakangan ini banyak menjamur di kalangan masyarakat Indonesia.

 

Selain harganya yang relatif murah bisnis thrifting ini pun sangat menjanjikan.

Namun, bisnis thrifting ini ternyata dilarang pemerintah. Selain bisa merugikan industri garmen dalam negeri, juga beresiko dari segi kesehatan.

Baca Juga: Link Daftar Mudik Gratis 2023 Kemenhub, Lebaran Pulang Kampung Naik Kereta Api, Ini Kuota dan Jadwalnya   

Thrifting merupakan salah satu aktivitas membeli atau mencari barang-barang bekas dengan tujuan untuk dipakai kembali.

Pada dasarnya pemerintah tidak melarang transaksi jual beli pakaian bekas.

Namun, pemerintah hanya melarang adanya transaksi jual beli pakaian bekas yang berasal dari negara lain (impor).

Dilansir dari laman Antara, dokter spesialis kulit dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia berpendapat bahwa boleh membeli dan menggunakan pakaian bekas, tapi ada yang perlu diperhatikan.

Kalau dari sisi kesehatan adalah penularan infeksi. Baik infeksi bakteri, jamur, virus dan parasit seperti tungau dan kutu yang memiliki potensi dapat menyebar melalui pakaian.

Baca Juga: KJP Plus Tahap 2 Cair Mulai 1 Maret 2023, Bansos hingga Rp450 Ribu Masuk Rekening Jika Ada Tanda Ini

Menurut anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) tidak dapat memastikan dalam proses penjualan dan pengiriman serta kebersihan dari pengguna sebelumnya terbebas dari bakteri, jamur dan penyakit lainnya.

“Beberapa penyakit yang sering ditemukan dalam pakaian bekas thrifting yaitu virus pernapasan seperti rhinovirus, virus influenza, dan virus lain,” ucap dr Arini Widodo, SpKK dilansir dari laman Antara.

Selain itu, pada pakaian bekas biasanya disemprot dengan fumigant atau bahan kimia untuk mencegah dan mengendalikan infeksi.

Baca Juga: 5 Kampus Swasta Terbaik di Jakarta versi EduRank Ini Bisa Jadi Pilihan jika Tak Lolos SNPMB 2023, Mana Saja?

“Ada efek samping tertentu yang dapat ditimbulkan antara lain, sakit kepala, puasing, vertigo, mual, muntah dan penglihatan kabur atau bahkan bisa sampai kejang-kejang,” tutur dr Arini.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meminimalisir resiko infeksi adalah mencuci pakaian dengan air mendidih.

Dengan begitu dapat mematikan berbagai macam organisme patogen penyebab infeksi.

“Untuk mengindari infeksi jamur, bisa dengan metode dua liter air dicampur dengan tiga tutup botol cairan pemutih pakian dan didiamkan selama 15 menit. Dapat juga menggunakan karbol dengan metode dua liter air dicampur empat tutup botol karbol dan didiamkan selama dua jam. Setelah itu dapat dibilas dan dicuci kembali menggunakan detergen,” ungkap dr Arini.

Baca Juga: Bukan yang Pertama, Kebakaran Pertamina Plumpang Pernah Terjadi pada 2009, Sebabnya Sama? Ini Kata Pertamina

Setelah mencuci, keringkan pakaian dalam tinfkat kekeringan paling panas atau setrika dengan panas yang tinggi.

Selain itu, dapat juga mengeringkan pakaian dengan hair dryer datau menggunakan dry cleaning.***

 

Editor: Dzikri Abdi Setia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x