SEPUTAR LAMPUNG - Konflik perebutan kekuasaan di Negeri Seribu Pagoda makin ngeri.
Pasalnya, aparat keamanan di Myanmar tidak segan-segan membunuh dan menahan para demonstran antikudeta.
Seperti diketahui, isu Kudeta Myanmar muncul pasca Pemimpin Myanmar yang dipilih secara Demokrasi, Aung San Suu Kyi, politisi senior di Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) dan anggota Komisi Pemilihan Dunia ditangkap oleh Militer Myanmar.
Pihak Militer mengklaim penahananya itu dilakukan sebagai tindakan dugaan penipuan yang dilakukan oleh Suu Kyi, begitu dia dipanggil, dalam pemilihan umum (Pemilu) di Myanmar pada November 2020.
Lebih dari satu bulan Junta Militer berkuasa, aparat keamanan dilaporkan membunuh sedikitnya 34 demonstran dan menangkap ratusan orang, termasuk wartawan yang sedang meliput pada Rabu, 3 Maret 2021.
Dikutip dari AP News, jumlah kematian itu menjadi yang tertinggi sejak penggulingan pemimpin sipil Aung San Suu Kyii pada 1 Februari 2021 lalu.
Video yang beredar di media sosial juga menunjukkan aparat keamanan menembakkan ketapel ke arah demonstran, mengejar dan bahkan secara brutal memukuli petugas ambulans.
Korban tewas diperkirakan lebih banyak, Suara Demokratik Burma,televisi independen dan layanan berita online, menghitung ada 38 kematian.