SEPUTARLAMPUNG.COM - Gundul-gundul pacul-cul gembelengan, nyunggi-nyunggi wakul gembelengan, wakul glimpang segane dadi sak latar.
Anda mungkin sering mendengar lantunan syair Gundul Pacul terutama waktu masih kecil? Ya, syair berbahasa Jawa ini sudah dipopulerkan sejak jaman Sunan Kalijaga 6 abad yang lampau.
Sunan Kalijaga kala itu menciptakan syair Gundul Pacul sebagai sebuah nasihat atau sindiran bagi penguasa untuk tidak berlaku sombong.
Baca Juga: Apakah BLT Subsidi Gaji Masuk ke Rekening BSI Hari Ini? Pahami Syarat Pencairan BSU Ketenagakerjaan
Lirik yang penuh dengan bahasa kiasan ini ternyata memiliki makna yang sangat dalam.
Dilansir dari laman BKD Pemprov Jogja, gundul dalam bahasa Indonesia berarti botak. Sementara rambut sering dianalogikan sebagai mahkot. Dalam syair itu, gundul merupakan simbol kehormatan tanpa mahkota.
Semenatra ‘Pacul’ bahasa Indonesianya adalah cangkul, sebuah alat yang sering dipakai petani untuk bekerja di sawah. Pacul menjadi simbol kawula rendah, yakni petani.
Kata Gundul Pacul sendiri berarti seorang pemimpin sesungguhnya bukan orang yang diberi mahkota, tetapi dia yang mengupayakan kesejahteraan bagi rakyatnya.
Dalam filosofi Jawa, pacul bisa merupakan akronim dari 'Papat Kang Ucul’ (empat hal yang lepas).