SEPUTAR LAMPUNG - Pandemi Covid-19 yang melanda dunia saat ini membuat banyak kebiasaan orang berubah.
Contohnya saja, banyak orang yang tadinya malas menggunakan masker atau membeli hand sanitizer, kini justru tidak bisa hidup tanpa keduanya.
Kebiasaan lainnya yang diubah adalah orang kini jadi terbiasa untuk mandi atau mencuci tangan dengan sabun yang memiliki kandungan anti-bakteri.
Sabun jenis ini, sudah banyak dijual di pasaran dengan berbagai merek dan keunggulannya masing-masing.
Kendati demikian ternyata mandi menggunakan sabun ati-bakteri dengan intensitas berlebih justru berbahaya bagi kulit.
Ketika gerah dan berkeringat, mandi merupakan solusi agar badan terasa lebih menyegarkan kembali.
Selain itu, mandi juga dapat meremajakan kulit maupun pikiran serta dapat meningkatkan alirah darah.
Akan tetapi, Dr. Chris dalam penelitiannya menyoroti risiko kesehatan yang ditimbulkan akibat terlalu sering mandi.
Dr. Chris mengingatkan mandi setiap hari bisa berbahaya karena dapat menghilangkan bakteri baik.
"Ini bisa berbahaya karena kulit padat dengan bakteri ramah," katanya.
“Mandi setiap hari bisa menghilangkan bakteri yang bersahabat (bakteri baik),” Dr. Chris memberi peringatan.
Dr Chris juga menjelaskan bahwa kulit memiliki bakteri ramah yang dapat membantu menjaga kesehatan kulit.
Kulit yang sehat dapat mempertahankan lapisan minyak dan keseimbangan bakteri ramah dan mikroorganisme lainnya.
Akan tetapi, apabila seseorang mandi setiap hari dan menggosok kulitnya, maka bakteri ramah bisa hilang.
"Mencuci dan menggosok menghilangkan ini (bakteri ramah), terutama jika airnya panas," jelasnya.
Hal itu dapat menyebabkan sejumlah komplikasi seperti kulit menjadi kering, iritasi, bahkan gatal.
"Kulit kering dan pecah-pecah memungkinkan bakteri dan alergen menembus penghalang yang seharusnya disediakan oleh kulit, memungkinkan terjadinya infeksi kulit dan reaksi alergi." Ujarnya lagi.
Terlebih lagi, penggunaan sabun antibakteri sebenarnya dapat membunuh bakteri normal pada kulit.
“Ini (sabun antibakteri) mengganggu keseimbangan mikroorganisme pada kulit dan mendorong munculnya organisme yang lebih keras dan kurang ramah yang lebih resisten terhadap antibiotik," imbuhnya.
Hal itu sama dengan artikel yang diterbitkan dalam jurnal Emerging Infectious Diseases meninjau bukti hubungan antara kebersihan kulit dan infeksi pada integritas kulit.
Pada jurnal tersebut dijelaskan bahwa penggunaan produk antimikroba yang meluas telah memicu kekhawatiran tentang munculnya resistensi terhadap antiseptik.
Selain itu, juga dapat memicu kerusakan pada pelindung kulit yang terkait dengan seringnya menggunakan sabun anti bakteri.
Dilansir dari Ringtimes Bali dalam artikel "Hati-hati Sering Gunakan Sabun Anti Bakteri Saat Mandi, Para Ahli Beri Peringatan", Dr Khetarpal juga menguraikan bahwa mandi setiap hari dapat menghilangkan kelembapan kulit.
"Itu tidak perlu, dan bisa sangat mengeringkan dan mengiritasi kulit Anda." Jelas Dr, Khetarpal.***(Sevie Safitri Rosalina/Ringtimes Bali)