Tiga di antaranya yakni Ahmad Yani, Panjaitan, dan Harjono dibunuh di tempat. Sedangkan Mayjen. R. Soeprapto, Mayjen. S. Parman, dan Brigjen Sutoyo dibawa ke Lubang Buaya bersama dengan mayat ketiga Jenderal tersebut.
Di sisi lain, Panglima TNI A.H. Nasution yang sebenarnya menjadi target utama dari operasi berdarah ini berhasil meloloskan diri dengan melompat dan bersembunyi ke Kedutaan Besar Irak yang berada di samping rumahnya.
Namun, nahas, putrinya Ade Irma Nasution tewas tertembak dan ajudannya, Lettu Pierre Andreas Tendean diculik.
Di lubang buaya para Jenderal yang masih hidup bersama dengan Lettu Pierre Tendean dipaksa menandatangani dokumen terkait adanya 'Dewan Jenderal'.
Dokumen 'Dewan Jenderal' adalah sebuah dokumen yang dibuat oleh PKI untuk menguatkan isu bahwa Angkatan Darat ingin melakukan kudeta terhadap pemerintahan yang sah.
Kegigihan ketiga Jenderal dan Lettu Pierre Tendean yang 'ogah' menandatangani dokumen palsu tersebut membuat keempatnya disiksa habis-habisan.
Akhirnya keenam Jenderal tersebut bersama dengan Lettu Pierre Tendean tewas terbunuh dan jenazah mereka dimasukkan ke sumur kecil di Lubang Buaya.
Demi memastikan bahwa mereka sudah meninggal, mayat-mayat yang telah masuk ke dalam sumur tersebut kemudian ditembaki lagi dan jasad mereka ditutup dengan sampah pohon karet kemudian ditutup tanah dan ditanami pohon pisang utuh di atasnya untuk menutup jejak kejam para PKI.
Baca Juga: Profil Lengkap Lettu Pierre Tendean: Meninggal pada Usia 26 Tahun, Korban Salah Sasaran G30S PKI