فَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ مَا ٱسْتَطَعْتُمْ وَٱسْمَعُوا۟ وَأَطِيعُوا۟ وَأَنفِقُوا۟ خَيْرًا لِّأَنفُسِكُمْ ۗ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِۦ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ
Artinya, “Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung”.
Perintah untuk bertakwa semampunya ini dikuatkan oleh pernyataan Nabi saw. Dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad saw. bersabda,
مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَخُذُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ
Artinya, “apa yang aku larang untukmu, maka jauhilah. Dan apa yang aku perintahkan untukmu, maka laksanakanlah semampu kalian” (HR. Muslim).
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah!
Dahulu, pada masa Nabi Muhammad saw., ada sebagian sahabat yang terlalu semangat dalam beribadah, hingga membuat mereka sakit. Mereka bangun di malam hari dan puasa di siang hari. Mengetahui hal itu, Nabi saw. lalu menyampaikan bahwa segala sesuatu punya hak yang mesti dipenuhi. Mata punya hak untuk dipenuhi. Demikian halnya dengan bagian tubuh yang lain, juga istri, keluarga, dan tetangga.