Karena itulah Allāh Subhānahu wa Ta’āla menggambarkan dalam Al-Qur’an, wahyu yang beliau turunkan melalui Nabi ﷺuntuk disampaikan kepada umat manusia sebagaimana layaknya hujan yang turun di muka bumi di posisi tanah yang gersang yang sangat membutuhkan air saat itu.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
أَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَسَالَتْ أَوْدِيَةٌ بِقَدَرِهَا فَاحْتَمَلَ السَّيْلُ زَبَدًا رَّابِيًا
“Allāh menurunkan air dari langit, maka lembah-lembah yang kosong terisi dengan air sesuai dengan kadar volumenya.” (QS. Ar-Ra’d [13] : 17)
Ada lembah yang besar yang bisa menampung banyak air dan ada cekungan kecil yang hanya bisa menampung sedikit air.
فَاحْتَمَلَ السَّيْلُ زَبَدًا رَّابِيًا
“Kemudian air itu mengangkut kotoran-kotoran yang ada di dasarnya dan diangkut ke permukaan kemudian hanyut.”
Hadirin jama’ah Jum’at yang dimuliakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Gambaran tentang ayat ini, Allāh Subhānahu wa Ta’āla hendak menjelaskan tentang posisi wahyu dan ilmu yang disampaikan oleh Nabi ﷺ ibarat air, sedangkan hati manusia sebagaimana lembah yang ada di permukaan bumi.