Maka orang yang mendekat kepada wahyu Allāh, hakikatnya dia memperbaiki pribadinya dan juga memperbaiki masyarakat yang ada di sekitarnya.
Kemudian, jama’ah yang dimuliakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Kita memahami sebagaimana sifat air dalam teori fisika, kita memahami air itu mengalir dari tempat yang tinggi menuju tempat yang lebih rendah. Karena itu ada seorang ulama di masa kekhalifahan Abasyiah yang bernama Abdullāh ibnul Mu’taz rahimahullāh beliau mengatakan:
المتواضع في طلّاب العلم أكثرهم علمًا،
“Orang yang tawadhu’ ketika belajar ilmu agama adalah orang yang paling kaya terhadap ilmu.
كما أن المكان المنخفض أكثر البقاع ماء.
Sebagaimana tempat yang landai tempat yang rendah akan lebih banyak dialiri dengan air.” (Al-Jāmi’ li Akhlāq ar-Rawi 1/198)
Sehingga salah satu di antara kunci sukses dalam belajar adalah menjadi seorang hamba yang tawadhu’. Tawadhu’ terhadap ilmu agama, tawadhu’ terhadap sesama, dia berusaha untuk menghargai setiap perkataan ulama yang menyampaikan penjelasan dari Al-Qur’ān dan Sunnah. Menghargai kepada sesama ketika dia berproses dalam belajar.
Orang yang tawadhu’ akan lebih banyak dialiri dengan ilmu sebagaimana tempat yang landai akan banyak dialiri dengan air.