Dari amarah yang tidak terkendali sering bermunculan berbagai perilaku yang diharamkan syariat. Misalnya, mencela, menuduh orang dengan sesuatu yang tidak benar, melakukan perbuatan keji dan mungkar, mengucapkan sumpah yang tidak mungkin dilaksanakan karena bertentangan dengan ajaran Islam dan berbagai perbuatan buruk lainnya, termasuk sering berdampak pada keutuhan rumah tangga. Dan hampir bisa dipastikan, pelampiasan amarah yang tidak terkendali akan menimbulkan penyesalan yang berkepanjangan.
Kaum Muslimin rahimakumullâh,
Oleh karena itu, hendaknya kita senantiasa bertaqwa kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala dengan senantiasa berusaha menahan amarah kita.
Jadikanlah sabda Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas sebagai pedoman dan hendaklah kita menjadikan perilaku Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai tauladan.
Bukankah Allâh Subhanahu wa Ta’ala sudah berfirman,
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا اللهَ وَالْيَوْمَ اْلأَخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasûlullâh itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allâh dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allâh (QS. al-Ahzâb/33:21)
Dalam masalah me-manage marah ini, diriwayatkan bahwa Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah marah karena dipicu urusan pribadi beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam akan sangat marah kalau aturan-aturan Allâh Subhanahu wa Ta’ala yang dilanggar. Dan ketika marah, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah memukukul atau pun menendang, kecuali dalam peperangan. Salah seorang shahabat Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam yang pernah membantu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam selama bertahun-tahun menceritakan,