Naskah Khutbah Idul Adha 2022 Terbaru Bulan Dzulhijjah 1443 H, Tema: Faedah dan Tata Cara Menyembelih Qurban

8 Juni 2022, 22:00 WIB
Naskah khutbah Idul Adha tentang faedah dan tata cara penyembelihan hewan qurban. /PIXABAY/klimkin

SEPUTARLAMPUNG.COM – Naskah khutbah Idul Adha 2022 terbaru bulan Dzulhijjah 1443 H berikut ini, akan membahas tentang faedah dan tata cara menyembelih hewan qurban.

Idul Adha merupakan momen penting dalam sejarah umat Islam. Bukan sekadar menyembelih hewan qurban saja, tetapi tentang bukti taqwa kepada Allah dan keikhlasan atas kepemilikan duniawi.

Sebagai seorang muslim, sudah sepatutnya kita mencintai Allah ‘Azza wa Jalla lebih daripada apapun. Hal ini bisa dibuktikan salah satunya melalui ibadah saat Idul Adha 2022 pada bulan Dzulhijjah 1443 H, yakni dengan menyembelih hewan qurban.

Penyembelihan hewan qurban hanyalah sebagai simbol bahwa seorang hamba menyerahkan diri sepasrah-pasrahnya pada Allah dan ikhlas melepas semua yang dimilki hanya karena Allah.

Untuk lebih jelasnya tentang faedah hari raya qurban beserta tata cara penyembelihan hewan qurban, berikut naskah khutbah Idul Adha tentang “Faedah dan Tatacara Menyembelih Kurban” yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A.

Khutbah Pertama Faedah dan Tata Cara Menyembelih Kurban

Ma’asyiral muslimin, hari ini kita bergembira dan di hari ini pula kita bersyukur kepada Allah ‘Azza wa Jalla yang telah menyampaikan kita kepada 10 hari pertama yang paling afdhal di bulan Dzulhijjah, seperti yang dikatakan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ يَعْنِي أَيَّامَ الْعَشْرِ

“Tidak ada di sana hari-hari yang amal shalih didalamnya lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini, yaitu 10 hari yang pertama di bulan Dzulhijjah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Baca Juga: Khutbah Shalat Gerhana Bulan dengan Tema: Gerhana Bulan dan Tanda Kebesaran Allah SWT

Dan khususnya hari ini, yaumun nahr (hari korban), hari yang ke sepuluh, maka ini adalah hari yang paling agung, sebagaimana yang disebutkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

أَعْظَمَ الأَيَّامِ يَوْمُ النَّحْرِ

“Sebesar-besar dan seagung-agung hari ini adalah hari an-nahr (yaitu kita sekarang ini tanggal 10 Dzulhijjah).” (HR. Abu Dawud)

Allahuakbar, Allahuakbar, Laa Ilaaha Illallah, Allahuakbar wa Lillahilhamd.

Di dalam kisah Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam dan juga putranya yang tercinta (Ismail ‘Alaihis Salam), terdapat pelajaran dan faedah yang banyak bagi seorang muslim dan juga muslimah.

Di antara pelajaran yang paling penting adalah bahwasanya seorang muslim henaknya menyerahkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan sepasrah-pasrahnya.

Seorang muslim wajib mencintai Allah ‘Azza wa Jalla lebih daripada apapun yang dimilki, termasuk di antaranya adalah apa yang dia cintai berupa harta, keluarga, dan kedudukan.

Silakan mencintai perkara-perkara tadi, tapi kalau sudah datang perintah Allah ‘Azza wa Jalla, kalau sudah datang syariat Allah, maka kita harus mendahulukan perintah Allah ‘Azza wa Jalla daripada apa yang kita cintai di dunia ini.

Di antara pelajaran yang bisa kita ambil, bagaimana Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam mendidik anaknya (Ismail ‘Alaihis Salam).

Sehingga ketika dia berumur 13 tahun di mana saat itu ia berumur sedemikian belianya, Allah Subhanahu wa Ta’ala menguji beliau dan juga bapaknya.

Datang bapaknya (Ibrahim ‘Alaihis Salam) mengabarkan kepada anaknya dengan penuh rahmah. Pada saat itu Ismail ‘Alaihis Salam sedang berada di usia yang seorang bapak sangat mencintainya, apalagi disebutkan bahwasanya beliau adalah seorang anak yang halim.

Baca Juga: Meninggal Tenggelam Mati Syahid? Bagaimana Penguburan Jenazahnya jika Ditemukan? Ini Ulasannya dalam Islam

Halim adalah orang yang memiliki sifat hilm yang merupakan sayyidul akhlak.

Ketika dia berumur 13 tahun sudah mulai bisa membantu orang tuanya. Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam sudah tua, dan orang semisal beliau butuh dengan bantuan dari anak-anaknya.

Tapi lihat bagaimana Allah ‘Azza wa Jalla menguji Khalil-Nya, beliau melihat di dalam mimpinya bahwasanya beliau menyembelih Ismail. Mimpi seorang Nabi adalah wahyu dan itu dipahami oleh Ibrahim.

Oleh karena itu beliau berkata kepada anaknya dan mengabarkan bahwasanya beliau bermimpi menyembelih Ismail. Apa ucapan anak yang shalih, yang diterbitkan oleh Ibrahim khalilullah dengan tarbiyatut tauhid, dengan tarbiyah aqidah, beliau tidak ragu-ragu untuk mengatakan:

أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

“Wahai bapakku, kerjakan apa yang telah diperintahkan kepadamu...” (QS. As-Saffat:102)

Dengan kelembutan dia mengatakan “Ya Abati”, menghilangkan keraguan dengan mengatakan: “Kerjakan apa yang telah diperintahkan kepadamu, engkau akan dapatkan aku insyaAllah termasuk orang-orang yang bersabar.”

Allahuakbar, Allahuakbar, Laa Ilaaha Illallah, Allahuakbar wa Lillahilhamd.

Kaum Muslimin, kita telah mengalami pandemi corona yang berlangsung cukup lama, dan hendaklah hal ini membangunkan kesadaran kita, menggugah kelalaian kita, menjadikan kita mau kembali kepada Allah, menanggalkan kesombongan kita, kita jauhkan diri kita dari dosa.

Mari kita ambil pelajaran dari umat-umat yang terdahulu. Karena yang terkena musibah seperti ini bukan hanya kita.

Umat-umat terdahulu, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah uji mereka dengan berbagai bencana dan berbagai musibah. Maka ambillah pelajaran dari apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala sebutkan di dalam Al-Qur’an.

Baca Juga: Husnul Khatimah atau Khusnul Khatimah, Mana Penulisan yang Benar Doakan Orang Meninggal dalam Keadaan Baik?

Ketika mereka ditimpa musibah dan Allah menghendaki sebenarnya supaya mereka kembali kepada Allah, ternyata apa yang terjadi? Mereka tidak kembali kepada Allah ‘Azza wa Jalla, mereka tidak kembali kepada Allah.

Sampai akhirnya Allah Subhanahu wa Ta’ala membuka bagi mereka berbagai pintu rezeki dan kenikmatan. Sehingga ketika mereka bergembira, bersukacita dengan kenikmatan-kenikmatan tadi, datang dan turun adzab Allah ‘Azza wa Jalla. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan:

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا إِلَىٰ أُمَمٍ مِّن قَبْلِكَ فَأَخَذْنَاهُم بِالْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ لَعَلَّهُمْ يَتَضَرَّعُونَ

“Dan sungguh Kami telah mengutus dan mengirimkan kepada umat-umat sebelummu, kemudian Kami turunkan kepada mereka berbagi kesusahan dan musibah, supaya mereka kembali (mendekatkan diri) kepada Allah.” (QS. Al-An’am: 42)

Oleh karena itu sadarlah dengan apa yang terjadi dan peringatan Allah ‘Azza wa Jalla. Tentunya dengan kembali kepada Allah, beristighfar dan bertaubat, dan kita mengambil sebab-sebab yang lain.

Ma’asyiral muslimin, bertakwalah kepada Allah ‘Azza wa Jalla di dalam kesendirian Antum dan ketika bersama orang lain. Karena takwa adalah sebab sebaik-baik bekal perjalanan kita menuju Allah ‘Azza wa Jalla.

Khutbah Kedua

Diwajibkan ketika menyembelih untuk menyebut “Bismillah”. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan:

فَكُلُوا مِمَّا ذُكِرَ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ

“Maka hendaklah kalian makan dari apa yang disebutkan nama Allah.” (QS. Al-An’am[6]: 188)

Baca Juga: Tanggal Berapa Puasa Arafah 2022? Ini Bacaan Niat, Tata Cara, dan Keutamaan Puasa Sehari Sebelum Idul Adha

Dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:

مَا أَنْهَرَ الدَّمَ وَذُكِرَ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ ، فَكُلُوهُ

“Apa yang keluar darahnya dengan disembelih dan disebutkan nama Allah, maka makanlah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Menunjukkan tentang wajibnya membaca “Bismillah”.

Adapun orang yang lupa, tidak mengucapkan “Bismillah” ketika menyembelih, maka di sana ada khilaf di antara para ulama. Dan sebagian ulama mengatakan tetap tidak sah dan tidak halal sembelihannya, meskipun dia lupa.

Karena ini adalah syarat, tidak gugur karena lupa. Dan berdasarkan keumuman firman Allah ‘Azza wa Jalla:

وَلَا تَأْكُلُوا مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ وَإِنَّهُ لَفِسْقٌ

“Dan janganlah kalian makan dari apa yang tidak disebutkan nama Allah, karena sesungguhnya itu adalah kefasikan.” (QS. Al-An’am[6]: 121)

Kemudian di antara adab dan sunnah dalam menyembelih, ketika kita menyembelih disunnahkan untuk menghadapkan hewan ke arah kiblat.

Lalu baringkan di atas bagian badannya sebelah kiri, kemudian kita injak dengan kaki kanan dan kita pegang kepalanya dengan tangan. Lalu kita sembelih dengan tangan kanan kita.

Setelah mengucapkan “bismillah” disunnahkan untuk membaca takbir dan mengatakan “wallahuakbar”, yang wajib adalah mengucapkan “bismillah”. Kemudian jika menyembelih sendiri, setelah itu mengatakan:

اَللَّهُمَّ هَذَا مِنْكَ وَلَكَ، هَذَا عَنِّي

“Ya Allah ini adalah dari-Mu dan juga untuk-Mu, dariku.”

Kalau itu adalah sembelihan orang lain maka disebutkan namanya dengan mengatakan: عن فلان.

Kemudian (kalau menyembelih sendiri) dia mengatakan: اللهم تقبل مني, tapi kalau untuk orang lain dia mengatakan: اللهم تقبل من فلان.

Baca Juga: Nemu Uang di Jalan, Ambil atau Tidak? Ini Kata Ustadz Adi Hidayat dan Buya Yahya Soal Hukum Barang Temuan

Kemudian di antara adabnya adalah menggunakan pisau yang tajam. Ini adalah di antara adab-adab menyembelih. Bahkan sebagian ulama ada yang mengatakan bahwa kalau sampai menggunakan pisau yang tidak tajam, maka dia melakukan perkara yang haram.

Dan di antara adabnya adalah memutuskan kerongkongan dan juga tenggorokan. Kerongkongan adalah saluran pencernaan yang bersambung ke lambung, adapun tenggorokan adalah saluran pernafasan yang bersambung ke paru-paru. Ini sunnah untuk dipotong juga.

Adapun yang wajib adalah memotong dua urat yang merupakan jalan darah. Dan kalau bisa memotong tenggorokan dan juga kerongkongannya, maka ini adalah suatu yang baik dan disunnahkan.

Tidak boleh mengasah pisau di depan sembelihan. Tidak boleh juga seseorang menyembelih seekor hewan sementara hewan lain yang akan disembelih melihat. Maka ini bukan termasuk ihsan di dalam menyembelih. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:

وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوْا الذِّبْحَةَ

“Kalau kalian menyembelih, maka hendaklah kalian baik di dalam menyembelih.”

وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ، وَلْيُرِحْ ذَبِيْحَتَهُ

“Maka salah seorang di antara kalian ketika dia akan menyembelih, hendaklah dia menajamkan pisaunya dan menjadikan hewan sembelihan tadi tenang.” (HR. Muslim).

Allahuakbar, Allahuakbar, Laa Ilaaha Illallah, Allahuakbar wa Lillahilhamd.***

Editor: Ririn Handayani

Sumber: Ngaji.id

Tags

Terkini

Terpopuler