Profil Ponpes Darussa’adah - Lampung Tengah dan Pendirinya, Salah Satu Lokasi Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama

- 9 November 2021, 08:30 WIB
Tampilan atas Pondok Pesantren Darussa'adah - Lampung Tengah, tempat Muktamar ke-34 NU.
Tampilan atas Pondok Pesantren Darussa'adah - Lampung Tengah, tempat Muktamar ke-34 NU. /Youtube Pondok Pesantren Darussa'adah

Pada tahun 60-an, orang tua Kiai Muhsin berpindah ke Lampung, tepatnya di Desa Sadar Sriwijaya Kabupaten Lampung Timur.

Kiai Muhsin kemudian menjadi santri di Pondok Pesantren Darussalamah Lampung Timur asuhan kiai kharismatik Lampung yakni KH Ahmad Shodiq.

Beliau juga sempat mengenyam pendidikan di Pesantren Darussalam Sumbersari Kediri Jawa Timur.

Dari dua pesantren inilah, Kiai Muhsin mendapatkan bekal ilmu agama yang kemudian diajarkannya di Pesantren Darussa’adah.

Kiai Muhsin dikaruniai 12 orang putra-putri ini, menurut H Hisyamuddin (Gus Hisyam), putra Kiai Muhsin, sebelum mendirikan Pesantren Darussa’adah, Kiai Muhsin telah mendirikan sebuah pesantren bernama Darunnajah di Desa Tanjung Harapan, Kabupaten Lampung Timur.

Namun kemudian ia bersama keluarga dan 41 santrinya, termasuk mertuanya, hijrah ke Desa Seputih Jaya dan mendirikan Pesantren baru yakni Darussa’adah.

Baca Juga: Segera Siapkan 5 Berkas Ini, Berikut Prediksi Jadwal Cair KJP Plus Tahap 2/2021, Cek Besaran Dana dan Bonusnya

Seiring perjalanan waktu, saat ini Pesantren Darusa’adah telah memiliki program-program pendidikan madrasah formal dan salaf, pengajian, lembaga, kursus-kursus, dan pelatihan serta kegiatan-kegiatan keagamaan serta sosial kemasyarakatan.

"Di antaranya, Pesantren Darussa’adah telah memiliki lembaga pendidikan formal yang diberi nama Assa’adah mulai dari Raudlatul Athfal (RA) sampai Madrasah Aliyah (MA)," kata Gus Hisyam.

Namun sampai saat ini lanjutnya, Pesantren Darussa’adah tetap mempertahankan sistem pendidikan salaf dengan berbagai kajian kitab kuning khas pesantren NU. Secara garis besar, Pesantren Darussa’adah memiliki peserta didik yang terbagi menjadi tiga macam, yaitu santri diniyah, Santri formal, dan santri tahfiz.

Halaman:

Editor: Dzikri Abdi Setia

Sumber: NU Online


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah