Diblokir Facebook dan Instagram, Junta Militer Myanmar Gunakan TikTok Agar Demonstran Antikudeta 'Kecut'

- 4 Maret 2021, 14:20 WIB
Ilustrasi Aplikasi TikTok.
Ilustrasi Aplikasi TikTok. /Pixabay

SEPUTAR LAMPUNG - Tak kehabisan akal, pascadiblokir oleh Facebook dan Instagram, Junta Militer Myanmar gunakan aplikasi TikTok untuk mengintimidasi para demonstran antikudeta.

Ya, seperti diketahui, beberapa waktu lalu, secara terbuka perusahaan layanan jejaring sosial Facebook dan Instagram milik Pengusaha ternama Mark Zuckerberg 'memblokir' militer Myanmar menggunakan platformnya.

Facebook menyatakan keputusan itu diambil karena Junta Militer dianggap melakukan pelanggaran hak asasi manusia (HAM).

Baca Juga: Lowongan Kerja Telkomsel untuk Lulusan S1, Buka Program Magang

Dimana sejak Militer melakukan kudeta terhadap Pemimpin Myanmar yang dipilih secara Demokrasi, Aung San Suu Kyi. Aparat keamanan yang dikerahkan untuk meredakan demosntrasi justru menewaskan puluhan demosntran antikudeta.

Beberapa hari ini, video yang menunjukkan sosok berseragam sedang mengintimidasi demonstran antikudeta di Myanmar dilaporkan banyak muncul di TikTok.

Demonstran menolak kudeta kepimpinan oleh militer. Konflik yang terjadi antara aparat keamanan dan demonstran kerap terjadi.

Baca Juga: Bocoran Sinopsis Hercai Season 3 Kamis 4 Maret 2021: Miran Ungkap Rahasia Besar Hazar Sadoglu, Ternyata?

Dikutip dari The Guardian pada Rabu, 3 Maret 2021, setidaknya 33 demonstran di sejumlah kota di Myanmar dilaporkan tewas akibat bentrokan dengan polisi.

Selain itu, ditemukan juga video orang berseragam sedang mengintimidasi para demonstran di TikTok.

Dalam salah satu video, seorang berseragam lengkap memprovokasi demonstran dengan mengolok-olok partai NLD sambil mengancam pembunuhan.

Baca Juga: Gelombang 13 Kartu Prakerja Dibuka, Pastikan Anda Bukan dari 9 Golongan Ini, Berikut Syaratnya

"Jangan sentuh Jenderal Aung Hlaing... atau tebusannya nyawa kalian. Dengar? Kamu akan mati," sebutnya.

Video tersebut diunggah pada 13 Februari 2021 dan sudah ditonton sebanyak 180.000 kali.

Menurut laporan The Guardian, video tersebut masih ada di TikTok hingga kemarin.

Baca Juga: Bocoran Vincenzo Episode 5 Sabtu Ini, Bermuka Dua, Taecyeon Bakal Khianati Song Joong Ki dan Jeon Yeo Bin?

Selain video, lagu-lagu yang berisi ancaman untuk para demonstran juga banyak ditemukan di TikTok.

Lagu-lagu itu sempat dihapus TikTok dari aplikasinya, meski tidak jelas apakah sudah benar-benar dihilangkan atau belum.

Dilansir dari Pikiran Rakyat dalam artikel 'TikTok Digunakan untuk Intimidasi Demonstran Myanmar', kecaman datang dari berbagai kalangan atas kasus ini. Wai Wai Nu, pendiri Women's Peace Network, meminta TikTok segera bertindak.

"Pertanyaannya sekarang adalah apakah kita mau membiarkan saja perusahaan media sosial ini membiarkan militer untuk memanipulasi agenda dan mengancam keamanan warga?" tuturnya.

Baca Juga: Alhamdulillah! Haji Dibuka Tahun Ini, Berikut Syarat Jika Ingin Tunaikan Ibadah Haji pada Juli 2021

Di sisi lain, TikTok melalui pernyataan resminya menyatakan bahwa mereka memiliki aturan yang melarang konten kekerasan atau misinformasi yang bisa mengancam hidup seseorang.

"TikTok akan meneruskan prinsip ini. Termasuk terkait isu seputar pemilihan umum," bunyi pernyataan resminya.***(Rio Rizky Pangestu/Pikiran Rakyat)

Editor: Nur Faizah Al Bahriyatul Baqir

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x