Waspada! Hasil Riset Sebut 10 Ibu Kota Provinsi Ini Berpotensi Tersapu Tsunami Setinggi 20 Meter

29 September 2020, 13:35 WIB
ILUSTRASI bencana tsunami.* /zonapriangan.com/PIXABAY



SEPUTAR LAMPUNG – Hadirnya ilmu pengetahuan dan teknologi salah satunya bertujuan agar umat manusia lebih siap dan waspada dalam menghadapi berbagai kemungkinan termasuk dalam hal kesiagaan terhadap bencana.

Khusus bagi Indonesia yang memiliki intensitas gempa sangat tinggi di dunia, mitigasi bencana seyogyanya adalah hal yang tak bisa ditawar.

Sebagaimana kita ketahui, gempa adakalanya disertai dengan gelombang tsunami. Salah satu yang melakukan penelitian intens terkait gempa dan tsunami di Indonesia adalah Kajian Nasional Bahaya Tsunami untuk Indonesia.

Ini merupakan penelitian bersama dari sejumlah peneliti dari berbagai lembaga, yakni Nick Horspool, Ignatius Ryan Pranantyo, Jonathan Griffin, Hamzah Latief, Danny Natawidjaja, Widjo Kongko, Athanasius Cipta, Bustamam, Suci Dewi Anugrah, dan Hong Kie Thio.

Berdasarkan riset Kajian Nasional Bahaya Tsunami Indonesia, sejumlah wilayah di Indonesia berpotensi diterjang tsunami hingga ketinggian 20 meter akibat gempa bumi besar megathrust.

Baca Juga: Kisah Sedih Pedagang Masker Scuba: Penjualan Anjlok, Dulu Terjual 30 Kini Sehari Hanya Laku Satu

Hasil riset ini diharapkan dapat menjadi perhatian banyak pihak untuk memaksimalkan persiapan dan mitigasi.

Sebagaimana diberitakan oleh Galamedia sebelumnya dalam artikel berjudul “Heboh Tsunami Setinggi 20 meter, 10 Ibu Kota Provinsi di Indonesia Berpotensi Tersapu", dalam penelitian tersebut disebutkan ada 10 ibu kota provinsi di Indonesia yang berpotensi besar terkena Tsunami.

Urutan dari probabilitas terbesar adalah Denpasar, Jayapura, Bengkulu, Ternate, Manado, Banda Aceh, Manokwari, Padang, Ambon dan Mataram.

Denpasar memiliki peluang mengalami tsunami besar atau di atas 3 meter sebanyak 1,4%. Tsunami ini berpeluang terulang lagi di Denpasar dengan rata-rata 71 tahun.

Berikutnya Jayapura memiliki peluang terkena Tsunami besar sebanyak 1,27%. Tsunami besar berpeluang terulang di Jayapura setiap 79 tahun.

Baca Juga: Naik Tipis, Update Harga Emas Minigold Selasa 29 September 2020

Sementara itu, Kota/Kabupaten yang berpeluang besar terkena Tsunami dengan tinggi di atas 3 meter adalah Lampung Barat.

Probabilitas kejadian tsunami di kabupaten ini mencapai 7,3%. Berikutnya adalah Kepulauan Mentawai di Sumatera Barat dengan probabilitas 6,9%

Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi & Tsunami BMKG Daryono mengatakan, meskipun kajian ini ilmiah dan permodelan dapat menentukan potensi magnitudo maksimum gempa megathrust, namun pada kenyataannya sampai saat ini belum ada teknologi yang mampu memprediksi secara tepat dan akurat kapan dan dimana gempa akan terjadi.

Dalam situasi ketidakpastian ini, lanjut Daryono hal yang perlu dilakukan adalah upaya mitigasi dengan menyiapkan langkah-langkah konkret untuk meminimalkan risiko kerugian sosial ekonomi dan korban jiwa.

Dia mengatakan ancaman bukan hanya di wilayah Jawa, tetapi juga wilayah lainnya di Indonesia karena ada ada 13 megathrust yang tersebar.

Baca Juga: Live Streaming ILC tvOne, Selasa 29 September 2020, Angkat Tema 'Ideologi PKI Masih Hidup?'

"Ini semua memiliki zona megathrust, dan semuanya memiliki potensi dan historis, serta perlu menyiapkan mitigasinya. BMKG di sini selalu siap memberikan peringatan dini tsunami, mengedukasi masyarakat dan menyediakan sarana perluasan info peringatan dini tsunami," kata Daryono.

Ada beberapa kawasan secara historis sudah pernah terjadi gempa megathrust, namun ada juga yang belum. Misalnya barat Sumatera di Mentawai, selatan Banten dan selat Sunda, selatan Jawa Timur, selatan Bali, dan Maluku Utara, antara Sulawesi, Papua, dan termasuk Banda, adalah kawasan yang sebenarnya sudah lama sekali tidak terjadi gempa.

"Tapi kembali kapan terjadinya tidak tahu, harus ada upaya mitigasi yang konkret," kata dia.

Berdasarkan keterangan resmi BMKG yang dikutip dari CNN Indonesia, gempa besar dengan magnitudo antara 7,0 dan 7,9 yang bersumber di zona megathrust selatan Jawa sudah terjadi sebanyak 8 kali, yaitu: tahun 1903 (M7,9), 1921 (M7,5), 1937 (M7,2), 1981 (M7,0), 1994 (M7,6), 2006 (M7,8) dan 2009 (M7,3).

Baca Juga: Hati-hati, Salah PIlih Sarapan Pagi Ternyata Bisa Picu Obesitas!

Sementara itu, gempa dahsyat dengan magnitudo 8,0 atau lebih besar yang bersumber di zona megathrust selatan Jawa sudah terjadi 3 kali, yaitu tahun 1780 (M8,5), 1859 (M8,5), dan 1943 (M8,1). Daryono menekankan belum ada gempa dengan kekuatan M9,0 ke atas di selatan Jawa.

Daryono mengatakan riset terbaru ini cukup komprehensif karena melibatkan beberapa disiplin ilmu, jadi model yang dihadirkan lebih akurat untuk dijadikan rujukan mitigasi.

Dia menegaskan para ahli menciptakan skenario model terburuk ini bukan untuk menakuti, melainkan untuk tujuan mitigasi.

"Tetapi sayangnya sebagian masyarakat menilai ini sebuah ancaman dalam waktu dekat ini yang menjadi missleading. Ini memang untuk mitigasi, acuan-acuan semacam ini sangat dibutuhkan, karena acuan upaya mitigasi lebih bagus ketika bisa menggambarkan sebuah skenario terburuk," tandasnya.***(Dicky Aditya/Galamedia)

Editor: Dzikri Abdi Setia

Sumber: Galamedia

Tags

Terkini

Terpopuler