China Alami Gelombang Panas Terburuk Sejak 1961, 'Sinyal Merah' bagi Ketahanan Pangan Khususnya Biji-bijian

- 24 Agustus 2022, 08:00 WIB
Ilustrasi - Ancaman gelombang panas di China dikhawatirkan berimbas pada produksi biji-bijian.
Ilustrasi - Ancaman gelombang panas di China dikhawatirkan berimbas pada produksi biji-bijian. /Pixabay/Gerhard G

SEPUTARLAMPUNG.COM - Persoalan iklim yang serius kini mulai dirasakan dampaknya oleh banyak negara termasuk negara-negara besar yang menjadi produsen utama di dunia.

Salah satu negara yang kini mulai di ambang waspada adalah China. Negara Tirai Bambu tersebut tak luput dari gelombang panas yang banyak melanda banyak negara di beberapa waktu terakhir.

Gelombang panas yang dialami China bahkan disebut sebagai gelombang panas terburuk yang mereka alami sejak tahun 1961.

Imbas dari gelombang panas ini kini mulai meresahkan karena bisa berdampak pada ketahanan pangan mereka khususnya untuk produksi biji-bijian.

Baca Juga: 20 Lowongan Kerja BUMN di PT Virama Karya, Buruan Daftar! Batas Akhir Loker 31 Agustus 2022

Gelombang panas adalah periode lanjutan dari cuaca yang sangat panas, yang diikuti oleh kelembaban tinggi.

Tak hanya dilanda krisis air, rupanya China kini dihantui oleh gelombang panas.

Gelombang panas China yang sedang berlangsung, yang terpanjang, paling intens dan meliputi daratan terluas di negara itu sejak 1961, telah menimbulkan 'ancaman serius' terhadap produksi biji-bijian musim gugur.

Diketahui ini situasinya parah, sebuah pernyataan bersama dari beberapa kementerian dan departemen China mengatakan pada Selasa 23 Agustus 2022.

Produksi biji-bijian musim gugur menghasilkan sekitar 75% dari produksi biji-bijian tahunan China.

Untuk saat ini China sampai kekeringan secara bertahap mulai dari Juli, telah bertujuan untuk menghasilkan lebih dari 650 miliar kg tahun ini.

Baca Juga: Simak Info Lengkap Syarat Pelamar, Link Daftar, dan Jadwal Seleksi PCPM 37 Bank Indonesia, Berakhir 25 Agustus

Itu tampaknya tidak mungkin mengingat parahnya situasi kondisi saat ini yang menimpa negaranya.

“Sejak akhir Juli, suhu tinggi tanpa curah hujan bertahan di banyak bagian selatan untuk durasi terlama, jangkauan pengaruh terluas dan intensitas rata-rata terbesar (suhu) sejak 1961. Kekeringan, meningkat pesat, bersama dengan suhu dan panas tinggi. kerusakan, menimbulkan ancaman serius bagi produksi biji-bijian musim gugur dan pada pekerjaan pertanian tahan kekeringan dan pengurangan bencana,” kata pernyataan yang dikeluarkan bersama antara lain oleh kementerian pertanian dan kesejahteraan pedesaan dan kementerian sumber daya air.

Pemberitahuan itu mengatakan semua departemen harus 'memikul tanggung jawab politik untuk memastikan keamanan pangan nasional' dan untuk memastikan panen gandum musim gugur.

Sebagian besar China telah berada dalam cengkraman kekeringan selama berminggu-minggu sekarang.

Pusat Meteorologi Nasional China terus mengeluarkan peringatan merah untuk suhu tinggi, peringatan paling parah dalam sistem peringatan cuaca berkode empat tingkat China, pada hari Selasa, hari ke-12 berturut-turut.

Baca Juga: Naskah Khutbah Jumat Terbaru untuk 26 Agustus 2022 Referensi bagi Khotib, Tema: Tiga Tips Hidup Nyaman

Sejak Juli, kekeringan telah mempengaruhi lebih dari 821.000 hektar lahan pertanian di beberapa wilayah tingkat provinsi termasuk Sichuan, Chongqing, Hubei, Hunan, Jiangxi dan Anhui, kata kementerian sumber daya air.

Prakiraan cuaca telah menunjukkan bahwa gelombang panas di beberapa wilayah akan berlangsung hingga akhir Agustus, waktu penting untuk pertumbuhan biji-bijian musim gugur.

Hal ini menghadirkan tantangan bagi produksi biji-bijian musim gugur negara itu, yang merupakan sekitar 75% dari produksi biji-bijian tahunan China, ujar salah satu pejabat itu. kantor berita, Xinhua mengatakan dalam sebuah laporan sebagaimana dilansir dari Pikiran-rakyat.com dalam artikel "Gelombang Panas Terburuk Sejak 1961 Menimbulkan 'Ancaman Serius' Bagi Produksi Biji-bijian di China".

Provinsi Sichuan di barat daya China dan berbatasan dengan kotamadya Chongqing termasuk diantara yang paling parah terkena dampak kurangnya curah hujan dan suhu tinggi yang terus menerus selama berminggu-minggu.***(Pikiran Rakyat/Puteri Ratnasari)

Editor: Ririn Handayani

Sumber: Hindustan Times


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah