Diketahui bahwa keesokan harinya, Ryan membawa 3 senjata api, amunisi, 12 bom molotov, persediaan kemping, dan sebuah peta menuju Rideu Cottage di Ottawa. Ia berencana untuk melakukan pembunuhan terhadap Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau.
Melalui pengacaranya, Ryan Grantham mengatakan bahwa dia mengalami periode depresi yang sangat berat. Keadaan itu diduga membuatnya mengalami dorongan untuk melakukan bunuh diri, bersama dengan munculnya perasaan benci pada diri sendiri.
Selain itu, Ryan Grantham pun memiliki rasa bersalah jika ibunya mengetahui bahwa dia telah dikeluarkan dari Universitas Simon Fraser.
Jaksa yang menangani kasus Ryan Grantham telah menerima laporan psikiatris terkait alasan ia membunuh ibunya.
Laporan tersebut mengatakan bahwa Grantham memutuskan untuk membunuh ibunya agar dia tidak melihat kekerasan yang akan dilakukannya.
Namun, jaksa Donnelly berargumen bahwa meskipun motifnya tampak altruistik, membunuh sang Ibu adalah tindakan yang egois.
“Grantham berusaha menyelamatkan ibunya dari sesuatu yang akan dia lakukan (melakukan tindakan kekerasan) ... hal tersebut tak dapat dikatakan hanya kecenderungan altruistik,” kata Donnelly seperti dikutip dari Pikiran-rakyat.com pada artikel: "Alasan Konyol Ryan Grantham Membunuh Ibu Kandung Sendiri, Rencanakan Penembakan Justin Trudeau".*** (Asahat Edi Rediko PS/Pikiran Rakyat)