Uni Eropa Terancam Bakal Alami Krisis Gas dalam Waktu 15 Tahun Gara-gara Bela Ukraina dan Amerika Serikat

- 7 Mei 2022, 13:30 WIB
Ilustrasi gas alam
Ilustrasi gas alam /Ukrinform/

SEPUTARLAMPUNG.COM - Negara-negara di Uni Eropa diprediksi terancam akan mengalami kelangkaan pasokan gas selama 15 tahun.

Hal ini merupakan buntut panjang terhadap sanksi besar-besaran Uni Eropa atas serangan militer Rusia ke Ukraina.

Seperti diketahui, Vladimir Putin, Presiden Rusia, beberapa waktu lalu mewajibkan setiap negara-negara yang tidak pro terhadap Rusia, untuk membayar gas Rusia dalam mata uang rubel.

Hal itu membuat Uni Eropa berang dan memberikan sanksi larangan impor produk-produk dari Rusia, salah satunya produk energi seperti gas dan minyak bumi.

Baca Juga: Link Nonton Streaming Wedding Agreement The Series Episode 8 9 10, Sinopsis: Cinta Bian dan Sarah Berakhir?

Atas keputusan para pemimpin Eropa, kini rakyat mereka yang harus menanggung beban negara, dengan mengalami kelangkaan gas.

Selain sulit mendapat gas, rakyat Eropa pun harus membayar lebih mahal untuk sekadar mendapat gas.

Hal itu akan diperparah jika musim dingin tiba, dimana mayoritas masyarakat Eropa yang bergantung pada gas milik Rusia.

Sadar krisis gas sudah di depan mata, mereka mulai melirik negara-negara miskin di Afrika yang bisa dieksploitas gas alamnya.

Baca Juga: Mau Jadi Taruna AKMIL? Buruan Daftar Taruna Akademi Militer TNI AD 2022, Berikut Link Pendaftarannya

Bloomberg melaporkan, Uni Eropa (UE) mencoba melirik produsen hidrokarbon Afrika untuk mengurangi ketergantungan pada Moskow hingga hampir dua pertiga tahun ini.

UE melihat negara-negara Barat dan Afrika Utara sebagai pemasok gas alternatif yang potensial.

"Uni Eropa (UE) sedang menghadapi tantangan," kata Dr Mamdouh G. Salameh, seorang ekonom minyak internasional dan profesor tamu ekonomi energi di ESCP Europe Business School di London.

“Upaya (blok) untuk mendiversifikasi kebutuhan gasnya jauh dari Rusia adalah pekerjaan yang melelahkan yang akan memakan waktu bertahun-tahun untuk dicapai,” katanya.

Dilansir dari pikiranrakyat.com dalam artikel "Negara Barat Gali Kuburan Sendiri, Rakyat Eropa Diprediksi Krisis Gas Selama 15 Tahun", pergantian UE ke Afrika tidak mengejutkan mengingat sumber daya energi yang besar di Afrika.

Menurut beberapa perkiraan, Nigeria telah membuktikan deposit gas sebesar 206,53 triliun kaki kubik.

Negara Aljazair menjadi peringkat kedua di Afrika, memiliki luas sekitar 159,1 triliun kaki kubik.

Baca Juga: Jadwal TV Hari Ini Minggu, 8 Mei 2022: RCTI, Trans 7, Indosiar, MNCTV, ANTV, Trans TV, NET TV, dan GTV

Sedangkan Senegal memiliki 120 triliun kaki kubik. Akan tetapi, pengamat menunjukkan bahwa kendala utama dalam memanfaatkan cadangan energi yang besar ini adalah mengatasi infrastruktur yang kurang berkembang.

"Dua pengekspor Gas Alam Cair (LNG) Afrika yang relatif signifikan adalah Aljazair saat ini mengekspor 29,3 juta ton (mt), dan Nigeria dengan kapasitas ekspor 22,2 mt," kata Salameh.

"Produsen Afrika lainnya memiliki kapasitas produksi dan ekspor yang terbatas tanpa pabrik LNG maupun jaringan pipa gas," katanya.

Memperluas kapasitas LNG membutuhkan banyak modal dan memakan waktu, menurut Dr Gal Luft, salah satu direktur Institut Analisis Keamanan Global yang berbasis di AS.

"Satu-satunya solusi realistis yang dapat saya ramalkan adalah pengiriman gas dalam bentuk terkompresi (CNG) daripada bentuk cair (LNG)," kata dia.

“Hal ini dapat dilakukan dengan teknologi yang ada dengan mengompresi gas di kapal khusus dan membuangnya di sisi penerima," kata dia.

Pendekatan ini menghemat kebutuhan untuk membangun fasilitas pencairan dan regasifikasi.

Baca Juga: Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP Halaman 256: Membandingkan Unsur Surat Pribadi dan Surat Dinas

"Tapi di sini juga, sementara teknologinya sudah ada, akan memakan waktu untuk membangun tanker khusus," ucapnya.

"Juga tidak jelas apakah Afrika Utara memiliki kemampuan untuk meningkatkan pasokan gas dalam waktu dekat. Ini akan membutuhkan investasi yang signifikan dan tidak ada rencana siapa yang akan berinvestasi," ucap ahli.

Ketika datang ke proyek pipa Afrika, sulit untuk menilai berapa lama waktu yang dibutuhkan.

Dibutuhkan waktu 15 tahun, dengan catatan tidak ada kendala politik dan militer di negara-negara Afrika yang dikenal sebagai produsen gas potensial.***(Rizki Laelani/Pikiran Rakyat)

Editor: Nur Faizah Al Bahriyatul Baqir

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah