SEPUTAR LAMPUNG - Pencemaran lingkungan memang menjadi isu buruk dalam beberapa tahun terakhir.
Pencemaran lingkungan merupakan salah satu masalah berat yang dihadapi berbagai negara di dunia.
Pencemaran lingkungan tidak hanya menyebabkan ekosistem di Bumi menjadi rusak, namun juga dapat juga 'menyerang' sisi ekonomi dan kesehatan manusia.
Sebuah penelitian di Amerika Serikat (AS) baru-baru ini menyampaikan bahwa dampak dari pencemaran lingkungan yang tidak teratasi bisa mempengarungi sistem reproduksi manusia.
Terutama pada sistem reproduksi dan alat kelamin laki-laki.
Dengan kata lain jika pencemaran lingkungan terus dibiarkan hal ini dikabarkan dapat menghentikan manusia untuk memiliki keturunan.
Baca Juga: Dukun Pengganda Uang yang Viral di Media Sosial Diciduk Polres Metro Bekasi
Klaim tersebut berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ahli Epidemiologi Lingkungan dan Reproduksi di Icahn School of Medicine di New York, Dr Shanna Swan dalam Jurnal berjudul “Temporal trends in sperm count: a systematic review and meta-regression analysis”.
Dalam jurnalnya, ia menjelaskan bahwa pencemaran lingkungan telah berdampak buruk pada sistem reproduksi manusia.
Lebih lanjut dalam buku terbarunya berjudul Count Down, Dr Swan mengungkapkan bahwa akibat kerusakan kimiawi yang kita timbulkan ke Bumi, tidak hanya menurunkan tingkat kesuburan tetapi juga menyusutkan alat kelamin pria.
Baca Juga: Update Kode Redeem Free Fire Senin 22 Maret 2021, Garena Bagi-Bagi Item Langka
Dalam penelitiannya, Dr Swan menemukan bahwa polusi telah mengganggu keseimbangan hormon manusia dan dalam beberapa kasus, bahkan menghancurkannya sama sekali.
Faktanya bahan kimia yang bertanggung jawab mengganggu keseimbangan hormon bisa ditemukan di barang sehari-hari seperti wadah plastik, produk pembersih, elektronik bahkan produk perawatan tubuh seperti sampo dan perawatan kulit.
Lebih lanjut, Dr Swan juga memperingatkan kita terhadap PFA yang ditemukan di banyak barang ciptaan manusia.
Pasalnya kandungan PFA tidak akan pernah rusak dan terus menumpuk di tubuh seseorang dan menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki.
Mengenai sistem reproduksi kita, Dr Swan menemukan bahwa jumlah rata-rata sperma telah turun 60% sejak 1973 atau rata-rata turun 1,25% per tahun.
Jika alur ini terus berlanjut, tingkat sperma bisa menjadi tidak ada pada tahun 2045.
Baca Juga: Bangkitkan Semangat Persepakbolaan Indonesia, Berikut Jadwal Lengkap Pertandingan Piala Menpora 2021
Selain itu, polusi dalam bentuk asam Perfluorooctanoic (PFOA) dan bahan kimia lainnya juga telah ditemukan mengubah fisiologi manusia karena ukuran penis pria ditemukan menyusut termasuk volume testis.
Polusi juga mempengaruhi wanita dengan tingkat kesuburan mereka juga turun secara signifikan.
“Di beberapa bagian dunia, rata-rata wanita berusia dua puluhan saat ini kurang subur dibandingkan neneknya yang berusia 35 tahun,” kata Dr Swan seperti dikutip dari World of Buzz pada Minggu, 21 Maret 2021.
Lebih jauh, hasrat seksual perempuan juga terpengaruh karena polusi memengaruhi kadar phtalate perempuan yang pada gilirannya memengaruhi kepuasan seksual mereka.
Dr Swan kemudian mengutip penelitian di China yang menemukan bahwa pekerja dengan tingkat bisphenol A yang lebih tinggi, umumnya dikenal sebagai BPA, dalam darah mereka lebih cenderung mengalami masalah seksual, termasuk penurunan hasrat.
Dilansir dari PR Bekasi dalam artikel "Studi: Jumlah Sperma dan Ukuran Mr.P ‘Menyusut’ karena Pencemaran Lingkungan, Mungkin 'Habis' di 2045", Dr Swan kemudian mendorong undang-undang yang lebih ketat terhadap pencemaran lingkungan.
Hal itu menurtunya perlu dilakukan untuk mengurangi dampaknya terhadap kelangsungan umat manusia.***(Ade Cahyana/PR Bekasi)