Dituduh Memprovokasi Kekerasan, Jurnalis Ruhollah Zam Dieksekusi Mati oleh Iran

- 13 Desember 2020, 10:20 WIB
Ilustrasi vonis mati.
Ilustrasi vonis mati. /Pixabay

SEPUTAR LAMPUNG - Iran menjalankan eksekusi mati terhadap Ruhollah Zam, seorang jurnalis yang didakwa memprovokasi kekerasan dalam aksi protes anti pemerintah pada 2017, pada Sabtu 12 Desember 2020, demikian dilaporkan televisi publik negara itu.

Ruhollah Zam yang membelot dari Iran ditangkap pada 2019 setelah beberapa tahun sempat tinggal dalam pengasingan. 

Mahkamah Agung Iran menguatkan hukuman mati terhadap Zam pada Selasa 8 Desember 2020.

Zam merupakan anak dari tokoh Syiah pro reformasi, sempat melarikan diri dari Iran dan mendapat suaka di Prancis.

Baca Juga: Jadwal Acara Trans7 Hari Ini Minggu 13 Desember, K-Movievaganza : Truck Dibintangi Yoo Hae-jin

Iran menyebut sebanyak 21 orang tewas terbunuh dalam kerusuhan tersebut dan ribuan orang ditahan. Kericuhan itu menjadi salah satu yang terburuk di Iran dalam beberapa dekade terakhir, yang kemudian disusul oleh aksi protes maut tahun 2019 untuk menentang kenaikan harga bahan bakar.

Kabar tentang eksekusi mati Zam diberitakan oleh saluran televisi Seda va Sima yang menyebutkan bahwa Zam, "Direktur jaringan Amadnews yang kontra revolusioner, telah digantung pada pagi ini."

Laman Amadnews ditangguhkan oleh layanan pesan Telegram pada 2018 lalu atas tuduhan menyulut kekerasan, namun kemudian laman jaringan itu muncul kembali dengan nama lain.

Baca Juga: UPDATE Hasil Sementara Pilkada Lampung Selatan dan Pesisir Barat : Nanang dan Agus Istiqlal Memimpin

Prancis dan kelompok hak asasi manusia mengatakan mereka mengecam keputusan Mahkamah Agung Iran tersebut.

Zam ditangkap pada Oktober 2019 oleh Korps Pengawal Revolusioner Iran melalui sebuah "operasi  sulit yang menggunakan pengecohan intelijen", namun tidak menyebut di mana operasi tersebut dilakukan.

Pejabat Iran menuding Amerika Serikat dan juga rival Teheran di kawasan, Arab Saudi, serta Prancis merupakan pihak-pihak yang menyulut kerusuhan, yang dimulai pada akhir 2017 sebagai aksi protes regional atas kesulitan ekonomi. ***

Editor: Dzikri Abdi Setia

Sumber: Reuters ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah