Jangan Asal Ceplas Ceplos, Ini 5 Adab Bercanda Menurut Rasulullah, Beserta Hadits dan Terjemahannya

19 April 2021, 12:00 WIB
Ilustrasi bercanda. /Pixabay/Gerd Altman

SEPUTAR LAMPUNG – Islam adalah agama humanis. Islam memahami bahwa manusia memiliki fitrah untuk bercanda.

Namun sebagai agama yang kaffah, Islam tentu saja memiliki aturan yang jelas tentang bagaimana adab dalam bercanda.

Hal ini diperlukan agar bercanda tidak berlebihan apalagi sampai menimbulkan permasalahan.

Dalam hubungan sosial sehari-hari, bercanda menjadi salah satu bumbu dalam menjalin hubungan, baik itu hubungan keluarga maupun pertemanan.

Seseorang yang suka bercanda, biasanya akan disukai oleh lingkaran pertemanannya. Sebab, keceriaan dan lontaran kata-kata penuh humor akan menularkan kesenangan bagi sekitarnya.

Baca Juga: Tiba-tiba Terbangun Tengah Malam? Langsung Baca Zikir Ini, Auto Praktek Manfaatnya Mantap!

Namun, bercanda juga ada batasnya. Islam telah memberi panduan agar jangan sampai bercanada yang ditujukan untuk membuat suasana lebih hidup, justru malah menyakiti perasaan orang lain.

Dalam Islam, Rasulullah telah mengajarkan kepada umatnya berbagai adab dalam pergaulan terhadap sesama, termasuk adab dalam bercanda.

Walau terdengar sepele, nyatanya banyak dari kita yang tersandung atau bahkan melewati batas ketika bercanda dengan sesamanya.

Akibat bercanda yang berlebihan ini, pertengkaran hingga perselisihan yang tidak diinginkan pun sering kali terjadi.

Untuk itulah pentingnya bagi kita sebagai umat muslim agar paham adab dan juga batas-batas dalam bercanda terhadap sesama.

Seperti dilansir Seputar Lampung dari Jurnal Sumsel pada artike: 5 Adab Bercanda dari Rasulullah yang Harus Kamu Tahu, Penting agar Tidak Kelewat Batas, ada beberapa adab bercanda yang patut diperhatikan.

Adapun 5 adab bercanda menurut Rasulullah dan terjemahan hadits-nya antara lain:

  1. Bercanda dengan berkata benar

Sebagaimana seorang manusia, Rasulullah pun cukup sering bercanda dengan sesamanya.

Bedanya, ketika Rasulullah bercanda, beliau hanya mengatakan sesuatu dan perkataan yang benar.

Salah satu contohnya adalah sebagaimana hadits berikut:

“Dari Hasan RA, dia berkata, ada seorang perempuan tua yang datang kepada Rasulullah SAW dan berkata, Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah supaya memasukkanku ke dalam surga.

Rasulullah SAW menjawab, Wahai Ummu fulan, sesungguhnya surga itu tidak dimasuki oleh orang yang sudah tua renta.

Perempuan itu pun berpaling sambil menangis.

Lalu, Rasulullah SAW bersabda, Beri tahu dia kalau dia tidak akan masuk surga dalam keadaan sudah tua renta.

Sebab, Allah SWT berfirman, Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung.

Dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta, lagi sebaya umurnya.” (QS Al-Waqiah [56]: 35-37). (Hadits Riwayat Tirmidzi).

Hadits diatas menunjukkan bahwa tidak ada kebohongan dalam kata-kata Rasulullah, melainkan kebenaran semata.

Baca Juga: Bill Gates Prediksi Pandemi Covid-19 Berakhir di 2022, Tapi Ada 2 Bencana Besar yang Lebih Mematikan, Apa Itu?

  1. Bercanda dengan tidak menakut-nakuti

Rasulullah melarang kalangan umatnya agar tidak menakut-nakuti saudaranya sendiri walau pun hal tersebut bertujuan sebagai bercanda.

Tuntunan satu ini sesuai dengan hadits yang bunyinya:

“Janganlah salah seorang dari kalian mengambil barang milik saudaranya, baik bercanda maupun bersungguh-sungguh.” (HR Abu Dawud (5003), dan at-Tirmidzi (2161)

  1. Tidak Boleh bercanda dengan cara berdusta

Bercanda dengan cara berdusta biasanya terjadi ketika seseorang ingin brcerita tentang sesuatu kepada temannya, namun dia menempatkan suatu kebohongan dalam cerita tersebut.

Baca Juga: Siapkan Dokumen Ini di Dalam ‘Tas Siaga Bencana’, Berguna Selamatkan Masa Depan Anda Setelah Terkena Bencana

Walau terdengar sepele, nyatanya bercanda dengan model seperti ini cukup dilarang dalam Islam. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadist:

“Celakalah seseorang yang berbicara dusta untuk membuat orang tertawa, celakalah ia, celakalah ini.” (HR Ahmad (V/5), Abu Dawud (4990), at-Tirmidzi (2315). Lihat Shahîh al-Jâmi’ (7126).

  1. Bercanda untuk tujuan yang lurus

Adab bercanda menurut Rasulullah selanjutnya ialah bercanda untuk tujuan yang benar.

Maksudnya adalah seseorang bercanda dengan tujuan untuk mencairkan suasana, tidak kaku, menghilangkan kebosanan hingga rasa penat.

Bercanda dengan beberapa tujuan tersebut diperbolehkan.

Namun, apabila tujuannya untuk tertawa terpingkal-pingkal, menakuti orang lain, atau merugikan kehormatan sesamanya, maka bercanda semacam itu dilarang.

Baca Juga: 3 Amalan Ini Konsisten Rasulullah Lakukan Tiap Hari Jumat, Langsung Praktekkan!

  1. Tidak boleh bercanda dengan melecehkan sekelompok tertentu

Jangankan sebagai tujuan bercanda, bahkan seringkali seseorang secara terus terang akan menggunakan aib sesamanya hanya untuk tujuan membuat tertawa orang lain.

Rasulullah sungguh melarang keras mereka yang bercanda dengan cara tersebut.

Selain itu, Rasulullah juga melarang umatnya untuk menjadikan agama sebagai bahan candaan dan olok-olok.

Baca Juga: Inilah Orang Terakhir yang Masuk Surga Menurut Hadits Rasulullah, Seorang Laki-laki, Siapakah Dia?

Sekalipun yang menjadi bahan candaan tersebut bukanlah seorang muslim atau agama di luar Islam.

Hal tersebut dikarenakan untuk menghindari munculnya perpecahan di antara umat yang saling beragama, dan menjauhi kegiatan saling menjelek-jelekkan yang tidak pantas.

Itulah 5 adab bercanda menurut Rasulullah. Semoga bermanfaat.*** (Andrey Yzetbegovict/Jurnal Sumsel)

Editor: Ririn Handayani

Sumber: Jurnal Sumsel

Tags

Terkini

Terpopuler