Cerita Pahit Pedagang Pasar Tanah Abang: Pendapatan Hilang Hingga Miliaran Rupiah Selama Setahun Masa Pandemi

2 Maret 2021, 16:00 WIB
Salah satu pedagang pasar Tanah Abang yang terdampak pandemi Covid-19. /Pikiran-Rakyat.com/ Amir Faisol/

SEPUTAR LAMPUNG - Tidak terasa, setahun sudah kita telah 'berteman' dengan pandemi Covid-19.

Banyak yang terpapar dan bahkan meninggal dunia karena virus yang belum ada obatnya ini. Banyak yang kehilangan orang-orang terkasih dalam hidup mereka.

Pandemi juga telah memporak-porandakan tatanan ekonomi dan sosial kita. Anak-anak juga harus belajar dari rumah dengan segala dramanya.

Intinya, banyak yang berubah dalam kehidupan kita di setahun terakhir belakangan ini.

Di sektor ekonomi, banyak cerita sedih yang dialami oleh masyarakat kita. Mereka yang kehilangan pekerjaan. Atau mereka yang usahanya harus gulung tikar.

Salah satu cerita pahit itu banyak dialami oleh pedagang baju di Pasar Tanah Abang. Salah satunya diceritakan oleh Ani (43).

Baca Juga: Tuai Protes dari Banyak Pihak, Ini Alasan Utama Jokowi Akhirnya Batalkan Perpres Investasi Miras

Ani yang merupakan salah satu pedagang grosir baju gamis Tanah Abang ini menceritakan bagaimana pahitnya berjualan selama satu tahun Pandemi Covid-19.

Maysa by Cordova, Ani menamakan tokonya yang berada di Blok A Pasar Tanah Abang. Bersama dengan putrinya, hari ini Ani terus menawarkan dagangannya ke siapapun yang lewat.

Ani sempat merasakan dampak dari kebijakan pemerintah. Di awal Pandemi Covid-19, pemerintah menutup Pasar Tanah Abang selama lebih kurang tiga bulan di awal sebagai upaya menekan angka penularan virus corona.

Akibat lockdown itu, Ani kehilangan pendapatan hingga miliaran rupiah. Kendati begitu, Ani enggan menyebutkan secara detail berapa kerugian yang ia alami akibat Pandemi Covid-19.

 

"Sebulan saja mas bisa sampai Rp30 jutaan. Bayangkan lockdown selama tiga bulan," kata Ani kepada Pikiran-Rakyat.com saat ditemui di Blok A Pasar Tanah Abang, Selasa, 2 Maret 2021.

Baca Juga: Baterai HP Cepat Habis? Hati-Hati, Mungkin Karena Ada 6 Aplikasi Ini di HP Anda, Salah Satunya Antivirus

Memasuki satu tahun Pandemi Covid-19, geliat ekonomi di Pasar Tanah Abang belum sepenuhnya pulih. Meski sekarang sudah tidak ada lagi kebijakan lockdown namun daya beli masyarakat juga masih menurun.

Itu juga yang dialami oleh Roy (35), pedagang gamis yang lokasinya bersebelahan dengan Ani juga mencurahkan kerugian yang dialaminya selama masa Pandemi Covid-19.

Roy juga bahkan kehilangan pelanggannya dari Malaysia, Thailand, dan Filipina lantaran Pandemi Covid-19 ini memang tidak hanya menyerang Indonesia.

 

Terlebih Malaysia juga sempat menerapkan lockdown atau karantina wilayah. Meski sekarang Perdana Menteri Malaysia mencabut karantina wilayah di negaranya, pembeli dari Malaysia pun juga sudah jarang. Musababnya adalah penurunan daya beli yang tidak lepas dari pengaruh penurunan ekonomi.

Baca Juga: Hati-Hati! Ini Pola Makan yang Benar untuk Wanita 50 Tahun ke Atas, Bahaya Kalau Sampai Kurang Protein

Di Blok A Pasar Tanah Abang, Roy mengaku membayar service charge sebesar Rp750.000 kepada pihak pengelola. Dari jumlah biaya tersebut, sebetulnya tidak banyak service charge yang diterimanya. Kalau dirinci Roy hanya mendapatkan service charge berupa AC, kemudian sampah.

Roy menyebutkan, di masa pandemi Covid-19 ini bahkan tidak ada kebijakan potongan untuk biaya bulanan yang harus dibayarnya.

"Makanya banyak yang tutup kan. Apalagi mereka yang nyewa. Beruntungnya saya ini adalah toko sendiri," kata Roy.

Pada masa pandemi Covid-19 ini, Roy mengatakan tidak banyak reseller dari daerah yang membeli. Paling banyak pembelian dilakukan sebanyak satu kodi.

Artikel ini sebelumnya telah tayang di Pikiran Rakyat dengan judul "Setahun Pandemi Covid-19, Pedagang Pasar Tanah Abang Mengaku Hilang Pendapatan hingga Miliaran Rupiah".

"Orang daerah paling banyak ngambil satu kodi karena mereka enggak mau berspekulasi. Karena daerah banyak bencana juga kan," ungkap Roy.

Di Pandemi Covid-19, pertumbuhan ekonomi Indonesia memang sempat mengalami penurunan. Tidak sendirian, resesi juga dialami oleh sejumlah Negara, termasuk di negera besar seperti Singapura. Ekonomi Indonesia bahkan sempat terkontraksi hingga 2,07 sepanjang tahun 2020 lantaran terjebak dalam jurang resesi selama tiga kuartal beruntun.***(Amir Faisol/Pikiran Rakyat)

Editor: Ririn Handayani

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler