SEPUTAR LAMPUNG - Peringatan hari Santri Nasional 2020 kali ini dilakukan di tengah pandemi Covid-19.
Hari Santri Nasional merupakan momen yang mengingatkan kita akan resolusi jihad oleh KH Hasyim Asyari.
KH Hasyim Asyari yang saat itu menjabat sebagai Rais Akbar PBNU memutuskan untuk melakukan resolusi jihad melawan pasukan kolonial di Surabaya, Jawa Timur. Keputusan itu ditetapkan setelah mendengar tentara Belanda yang berupaya kembali menguasai Indonesia dengan membonceng sekutu.
Baca Juga: Viral, Bacaan Allahul Kafi Rabunal Kafi Lengkap dengan Terjemahan dan Syair Lagunya
Baca Juga: Download Stiker WhatsApp Ucapan Hari Santri Nasional 2020 dan Twibbon Format PNG
Seruan resolusi jihad merupakan bentuk perlawanan para santri terhadap bangsa asing yang ingin menjajah kembali bangsa Indonesia. Peristiwa tersebut kemudian diwujudkan dalam hari Santri Nasional yang dilaksanakan setiap tanggal 22 Oktober.
Ada dua logo yang dikeluarkan untuk memperingati hari Santri Nasional tahun 2020. Pertama adalah logo versi Kemenag, dan yang kedua adalah logo versi Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) - PBNU.
Baca Juga: Terkenal Hingga ke Mancanegara, Ini 7 Kota di Indonesia yang Mendapat Julukan Kota Santri
Baca Juga: Lirik Lagu Mars Hari Santri Nasional, Pembakar Semangat Para Santri Mencintai Negeri
Berikut logo hari Santri Nasional 2020 versi Kemenag format PNG :
Berikut logo hari Santri Nasional 2020 versi RMI - PBNU format PNG:
Ketua Umum RMI PBNU KH Abdul Ghaffar Rozin mengatakan, tahun ini pihaknya meluncurkan logo yang menggambarkan kondisi pandemi Covid-19 ditandai dengan gambar dua orang santri mengenakan masker.
Baca Juga: Ke Singapura Kini Boleh Tanpa Visa, Syaratnya Wajib Registrasi Melalui Aplikasi Ini
“Tahun ini, bangsa Indonesia bahkan seluruh dunia sedang menghadapi ujian yang luar biasa. Khususnya kita kalangan pesantren dengan adanya wabah pandemi Covid-19,” kata Gus Rozin sebagaimana dikutip dari laman NU Online, Kamis, 17 September 2020.
“Sampai saat ini, pandemi semakin meluas dengan bertambahnya korban di berbagai kalangan dan kluster. Kita belum tahu pasti sampai kapan ini semua akan berakhir,” sambung Gus Rozin, sapaan akrabnya. ***