Mengenal 7 Pahlawan Revolusi Indonesia, Diculik, Dibunuh, dan Dibuang ke dalam Lubang Buaya Saat Aksi G30S PKI

28 Agustus 2021, 09:40 WIB
Ketujuh pahlawan revolusi korban keganasan PKI. /cagarbudaya.kemdikbud.go.id

SEPUTARLAMPUNG.COM – Indonesia pernah mengalami masa kelam yang memilukan pada tahun 1965. Saat itu terjadi kekacaun yang menyebabkan tujuh perwira tinggi militer Indonesia dan beberapa orang lainnya dibunuh secara keji.

Peristiwa kelam itu dikenal dengan nama Gerakan 30 September PKI atau yang lebih dikenal dengan nama G30S/PKI.

Saat aksi itu enam jenderal dan satu perwira TNI Angkatan Darat menjadi korban kekejaman PKI. Mereka yang kini dikenal dengan nama Pahlawan Revolusi Indonesia itu menjadi target penculikan PKI.

Baca Juga: Bantuan PIP Telah Dicairkan Kepada 8,5 Juta Pelajar, Masih Ada 540 Ribu yang Belum Cair, Buruan Cek Disini

Namun, dalam aksinya ternyata PKI tidak hanya menculik, tetapi juga menyiksa hingga melakukan pembunuhan. Ketujuh pahlawan bangsa itu dibunuh dengan keji.

Mereka difitnah akan melakukan makar (kudeta) terhadap Presiden Pertama RI, Soekarno. Setelah disiksa dan dibunuh, jasad Pahlawan Revolusi dibuang ke dalam sebuah sumur tua sedalam dua belas meter di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur.

Jenazah mereka baru ditemukan pada 4 Oktober 1965. Berikut adalah kisah tujuh Pahlawan Revolusi pada malam penculikan G30S/PKI.

1. Jenderal Ahmad Yani

Pada malam itu, pasukan PKI datang menyergap masuk melalui pintu belakang dan langsung membunuh Jenderal Ahmad Yani. Sementara, yang lainnya bertugas untuk menyekap pasukan penjaga rumah sang Jenderal dan bertugas mengepung rumahnya.

Baca Juga: Awali Hari dengan Berdoa, Baca Doa ini agar Dijauhkan dari Rasa Malas, Sifat Pengecut, dan Pikun

2. Mayjen R. Suprapto

Rombongan penculik mendatangi rumah Mayjen R. Suprapto sekitar pukul 04.30 WIB. Saat itu mereka mengatakan bahwa Suprapto diminta untuk menemui Soekarno saat itu juga.

Sebagai prajurit yang patuh, akhirnya Suprapto langsung mengiyakan. Namun, ternyata sang Jenderal dibawa ke Lubang Buaya dan dianiaya dalam keadaan terikat.

3. Mayjen MT Haryono

Para penculik membombardir Mayjen M.T Haryono dengan peluru di kediamannya, karena mencoba melawan rombongan penculik. Sayangnya, Jenderal itu kalah dalam jumlah dan sudah banyak peluru yang mengenai tubuhnya. Akhirnya dirinya ambruk dan diseret naik ke atas truk rombongan penculik.

4. Mayjen S. Parman

Rombongan penculik mendatangi kediaman Mayjen S. Parman pukul 04.00 WIB pada 1 Oktober 1965. Sang Jenderal tidak curiga dengan kedatangan rombongan itu, karena mereka memakai seragam Cakrabirawa.

Rombongan tersebut mengatakan bahwa suasana di luar genting, bahkan mereka ikut masuk ke kamar tidur saat Parman berganti pakaian. Ia pun akhirnya diculik oleh rombongan itu.

Baca Juga: Makna dari Mempertahankan Kemerdekaan dalam Pertempuran Surabaya: Kunci Jawaban Tema 2 Kelas 6 SD Halaman 46

5. Brigjen D.I Panjaitan

D.I. Panjaitan diculik saat subuh pada 1 Oktober 1965. Penculik yang berseragam itu datang dengan dua buah truk. Panjaitan sama sekali tidak menyadari jika rombongan itu akan menculiknya. Ia mengira mereka ditugasi untuk menjemputnya bertemu dengan Soekarno.

Panjaitan pun berpakaian resmi lengkap. Namun rombongan itu justru menembaki barang-barang yang ada di rumahnya.

Panjaitan turun dari kamarnya yang berada di lantai dua. Namun penculik menembak Panjaitan karena berusaha melawan. Ia ditembak di halaman rumahnya dan langsung dibawa pergi.

6. Brigjen Sutoyo Siswomiharjo

Brigjen Sutoyo diculik pagi hari pada 1 Oktober 1965. Rombongan mengamankan lokasi di sekitar jalan rumahnya, dan melarang siapapun melintas.

7. Lettu Pierre Andreas Tendean

Pierre Tendean sebenarnya bukan sasaran penculik. Akan tetapi, pada 1 Oktober 1965, dirinya sedang berada di rumah Jenderal A.H. Nasution, atasannya.

Saat rombongan penculik datang dan bertanya kepada Tendean, apakah dirinya adalah A.H. Nasution, Tendean pun menjawab bahwa dialah Jenderal Nasution. Tindakan itu dilakukannya agar sang Jenderal selamat.

Dalam peristiwa itu, putri Nasution yang bernama Ade Irma Suryani yang saat itu masih berumur lima tahun ikut terbunuh.

Baca Juga: Komentar Lucu Mahasiswa tentang Jin BTS dan Nayeon TWICE: Seandainya Bisa Kuliah Bareng dan Naik Lift Bersama

Selain tujuh Jenderal di atas, masih ada tiga nama lain yang juga termasuk dalam pahlawan revolusi. Mereka adalah AIPDA (anm.) Karel Satsuit Tubun, Brigadir Jenderal (anm.) Katamso Darmokusumo, dan Kolonel (anm.) Sugiono.

Tujuh Pahlawan Revolusi dan Karel Satsuit Tubun ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi pada 5 Oktober 1965 berdasarkan Keppres No. 111/KOTI/1965 dan Keppres No. 114/KOTI/1965.

Sementara Brigjen (anm.) Katamso Darmokusumo dan Kolonel (anm.) Sugiono ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi pada 19 Oktober 1965 berdasarkan Keppres No. 118/KOTI/1965.

Demikianlah penjelasan tentang Pahlawan Revolusi Indonesia. Semoga apa yang telah diperjuangkan dan dikorbankan untuk negeri ini tidak sia-sia. Semoga para Pahlawan mendapat tempat terbaik di sisi-Nya.***

Editor: Dzikri Abdi Setia

Tags

Terkini

Terpopuler