Baca Juga: Profil dan Fakta David Jacobs Penyumbang Medali ke-3 untuk Indonesia di Paralimpiade Tokyo 2020
Keadaan ini membuat tangan kanan dan kaki kanan atlet asal Banyumas, Jawa Tengah itu melemah, membuat gerakan tangan kanannya terlihat kaku dan tidak sefleksibel orang biasa.
Namun, pria 23 tahun itu juga tak pernah memilih dilahirkan dan tumbuh di tengah kondisi keterbatasan yang sempat membuatnya diolok-olok kawan sebayanya semasa kecil.
Sapto yang hampir menyerah dengan hinaan teman-temannya, kemudian berdiri untuk membuktikan bahwa dirinya tidak boleh diremehkan apalagi diolok-olok.
Sapto pertama kali berlatih lari sprint pada usia 16 tahun, saat masih duduk di bangku kelas satu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), ia berlatih, kemudian membawanya ke tingkat latihan nasional.
Karena keterbatasannya itulah Saputo mampu membuktikan kemampuannya yang luar biasa, yakni di bidang olahraga, yang memungkinkannya meraih kesuksesan.
Satu demi satu prestasi itulah yang membuat para pencemooh semasa kecil menyadari bahwa keterbatasan fisik tidak menghalangi seseorang untuk meraih prestasi.
Sosok kelahiran 17 September 1998 ini telah meraih sederet prestasi di berbagai kejuaraan domestik dan internasional, dan terus melambung tinggi.
Pada Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) 2016 di Bandung, Sapto langsung menyabet lima medali emas dengan lima nomornya.