MENARIK! Hasil Survei Menunjukkan 7,60 Persen Masyarakat Indonesia Tidak Mau Divaksin

- 26 Oktober 2020, 15:33 WIB
Sebanyak 7,60 Persen Masyarakat Takut Divaksin.
Sebanyak 7,60 Persen Masyarakat Takut Divaksin. /dok. pinterest.com/Vaksin

SEPUTAR LAMPUNG - Waktu perkiraan vaksin Covid-19 akan siap edar semakin dekat saja.

Beragam respon masyarakat pun mulai bermunculan. Ada yang pro dan kontra terutama terkait dengan aspek keamanan dan kehalalannya.

Terlepas dari dua sikap yang berseberangan tersebut, hasil survei yang diselenggarakan oleh Kementerian kesehatan, Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan UNICEF baru-baru ini cukup menarik.

Yakni, sebagian masyarakat Indonesia ternyata tak sedikit yang memilih untuk menolak dilakukan vaksin.

Baca Juga: KISAH UNIK: Setan Sangat Takut pada Ayat Kursi, Namun Ia Justru Mengajarkannya pada Sahabat Nabi

Saat diskusi daring dengan tema Refleksi Satu Tahun Pemerintahan Jokowi-amin yang dipantau di Jakarta pada hari Senin, Nani Nurainy selaku Project Integration manager of Research and Development Division PT Bio Farma mengatakan "pernyataan dari survei tersebut, jika pemerintah memberikan vaksin COVID-A9, apakah Anda dan keluarga akan ikut imunisasi? 7,60% menjawab tidak mau", demikian sebagaimana diberitakan oleh Lingkarmadiun sebelumnya dalam artikel "7,60 Persen Masyarakat Indonesia Tidak Mau Divaksin? Simak Penjelasannya Berikut Ini".

Meski demikian, sebagian besar masyarakat yaitu 64,81% menjawab setuju jika divaksinasi. Selain itu, 27,60% masyarakat belum tahu divaksin atau tidak.

7,60% masyarakat yang tidak mau divaksin ternyata memiliki alasan yang beragam. Pertama, 59,03% dari mereka tidak yakin dengan keamanannya.

Baca Juga: Link Pendaftaran Online BLT UMKM Rp2,4 Juta Tahap 2 di 16 Kabupaten/Kota, Cek Adakah Kotamu?

Alasan kedua yaitu 43,17% masyarakat tidak yakin dengan efektivitas vaksin. Alasan ketiga 24,20% dari mereka takut efek samping vaksin dan sisanya sebanyak 31,24% karena alasan lainnya.

Dengan demikian, berdasarkan hasil survei yang dilaksanakan dengan melibatkan WHO dan UNICEF pada 30 September 2020 tersebut, perlu semua elemen melakukan komunikasi dan advokasi terhadap masyarakat.

Neni Nurainy menambahkan, "ini perlu disampaikan pentingnya vaksin".

"Apalagi dalam waktu dekat pemerintah segera melakukan vaksinasi sehingga perlu komunikasi dan sosialisasi yang lebih intens kepada masyarakat, terutama yang menolak divaksi tersebut" ujar beliau.

Beliau juga menerangkan vaksin hanya salah satu cara dari sekian banyak upaya penanganan wabah. Jadi bukan satu-satunya, apalagi senjata pamungkas.

Baca Juga: Hasil Kelulusan CPNS 2019 Segera Diumumkan, Siapkan Persyaratannya dari Sekarang!

"Jadi manfaat vaksin, selain mengontrol kematian juga mencegah kecacatan dan komplikasi akibat penyakit," ujar beliau.

Contohnya, sebelum ini vaksin telah berhasil menyelamatkan nyawa sekitar 2,7 juta manusia karena campak, 2 juta dari bahaya tetanus dan 1 juta karena pertussis. Bahkan beberapa penyakit telah dieradikasi, misalnya cacar api yag terjadi pada 1979.

Karena efektivitas vaksin inilah maka terjadi eradikasi dan tidak ada lagi penyakit tersebut didunia. Selain itu, terdapat pula eliminasi atau penurunan pada beberapa penyakit, diantaranya rubella, campak,dan pertussis.

"Pada intinya vaksin menimbulkan kekebalan pada individu, kelompok, dan juga global," kata beliau.***(Aisyah Rahmatul Fajrin/Lingkar Madiun)

Editor: Ririn Handayani

Sumber: ANTARA Lingkar Madiun


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x