Di bidang politik, karir Yamin dimulai saat ia diangkat menjadi ketua Jong Sumatera Bond pada 1926-1928. Ketika menjadi ketua Jong Sumatera Bond, M. Yamin mulai menampakkan kemampuan pemikirannya yang sudah matang dengan diterimanya usulan draft yang saat ini menjadi “Sumpah Pemuda”.
Pada saat Kongres Pemuda 1 pada 1926, saat itu sikap para pemuda yang hadir masih sangat dipengaruhi oleh semangat kesukuan.
Hal inilah yang menyebabkan semangat persatuan untuk mengusir penjajah menjadi kurang efektif.
Namun, pada saat Kongres Pemuda II yang digelar pada 28 Oktober 1928, Yamin mengusulkan agar bahasa Indonesia dijadikan bahasa persatuan.
Hal ini pun dituangkan dalam ikrar Sumpah Pemuda. Bahasa Indonesia akhirnya digunakan sebagai alat komunikasi resmi dan menjadi bahasa nasional resmi hingga saat ini.
Yamin juga punya ketertarikan di bidang sastra. Pada 1920, ia memulai kariernya sebagai penulis dengan karya yang ditulis dalam bahasa Melayu dan dimuat dalam jurnal Jong Sumatranen Bond.
Pada 1922, karyanya yang berupa puisi berjudul Tanah Air pun diterbitkan. Karya ini merupakan himpunan puisi modern Melayu pertama yang mengisahkan tanah Minangkabau.
Berikut daftar karyanya yang sudah diterbitkan:
Tanah Air (1922)