Letnan Jenderal (Purn.) Sarwo Edhie Wibowo sedang apel pagi di Markas RKPAD di Cijantung, Jakarta Timur saat utusan Soeharto, Kolonel Herman Sarens Sudiro tiba.
Herman kemudian menyampaikan situasi Jakarta kepada Sarwo Edhie dan meminta sang Komandan untuk membantu menumpas pasukan G30S PKI.
Sarwo Edhie kemudian tiba di markas Kostrad pada pukul 11.00 WIB dan dia kemudian diperintahkan untuk merebut kembali gedung RRI dan Pusat Telekomunikasi pada pukul pada pukul 18.00 WIB.
Tugas tersebut selesai dalam waktu singkat dan tanpa pertumpahan darah. Sarwo Edhie dan pasukannya berhasil menguasai gedung RRI dan Pusat Telekomunikasi pada pukul 06.30 WIB.
Setelah itu, Sarwo Edhie dan pasukannya kembali memukul mundur pasukan G30S PKI bersama dengan Soeharto dengan merebut kembali Pangkalan Udara Halim pada 2 Oktober 1965 dini hari.
Setelah mendapat informasi dari Polisi Sukitman yang berhasil lolos dari penculikan pasukan G30S PKI, pada 4 Oktober 1965, pasukan Sarwo Edhie pun memimpin penggalian mayat para jenderal dari sumur Lubang Buaya.
3. Jenderal Besar (Purn.) AH Nasution
Menjadi satu-satunya Jenderal yang berhasil lolos dari incaran pasukan G30S PKI, Nasution kemudian mengirim pesan kepada Soeharto yang sedang berada di markas Kostrad, mengatakan kepadanya bahwa dia masih hidup dan aman.
Hal itu Nasution lakukan pasca mengetahui bahwa saat dirinya menjadi incaran peristiwa G30S PKI, Soeharto telah mengambil alih komando TNI AD.