Berdasarkan kesimpulan tadi, Mayjen Soeharto langsung mengambil alih pimpinan Angkatan Darat guna menindak-lanjuti peristiwa yang terjadi pada 30 September tersebut.
Hal ini sebenarnya berdasarkan kebiasaan yang berlaku di Angkatan Darat bahwa bila Panglima Angkatan Darat berhalangan hadir, maka Panglima Kostrad yang akan menjalankan tugasnya.
Soeharto menggunakan empat cara untuk melemahkan pasukan G30S PKI.
Pertama, dia gerakkan pasukan untuk menetralisir pasukan-pasukan G30S PKI yang tengah menguasai Medan Merdeka dan Monumen Nasional (Monas).
Kedua, Soeharto memerintahkan Sarwo Edhie Wibowo, yang waktu menjabat sebagai Resimen Komando Pasukan Angkatan Darat (RKPAD), sekarang Komando Pasukan Khusus (Kopassus), untuk menduduki kembali gedung Pusat Telekomunikasi dan RRI.
Ketiga, usai RRI berhasil diduduki kembali oleh TNI, pada pukul 20.00 WIB 1 Oktober 1965, Soeharto menyampaikan di radio terkait apa yang telah terjadi dan menerangkan tindakan-tindakan apa telah diambil. Dia juga mengabarkan bahwa Soekarno dan AH Nasution dalam keadaan sehat serta selamat.
Keempat, pada 2 Oktober dini hari, Soeharto bersama dengan pasukan Sarwo Edhie dan
bantuan Yon 328 Para Kudjang/Siliwangi berhasil memukul mundur pasukan G30S PKI dari pangkalan udara Halim.
Baca Juga: Tak Pernah Terpublikasi, Bernasib Buntung: Ini Potret Akhir Hayat Letkol Untung, Komandan G30S PKI
2. Komandan RKPAD, Sarwo Edhie Wibowo