Hadapi Lonjakan Kasus Covid-19 Akibat Libur Akhir Tahun, UI Beri 17 Rekomendasi

- 25 Desember 2020, 15:15 WIB
Calon penumpang saat melakukan Rapid Test Antigen di Bandara Husein Sastranegara, Kota Bandung, Jumat (17/12/2020). Pemerintah merilis kebijakan baru untuk mengantisipasi potensi penular Covid-19 pada libur akhir tahun dengan mewajibkan para pengguna sarana transportasi umum untuk menjalani rapid test antigen.*
Calon penumpang saat melakukan Rapid Test Antigen di Bandara Husein Sastranegara, Kota Bandung, Jumat (17/12/2020). Pemerintah merilis kebijakan baru untuk mengantisipasi potensi penular Covid-19 pada libur akhir tahun dengan mewajibkan para pengguna sarana transportasi umum untuk menjalani rapid test antigen.* /Pikiran Rakyat/Armin Abdul Jabbar/

SEPUTAR LAMPUNG - Berkaca pada libur cuti bersama pada akhir Oktober lalu yang diikuti dengan pertambahan kasus Covid-19 yang cukup signifikan di pertengahan November, semua pihak jadi lebih waspada pada liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) kali ini.

Dari sisi pemerintah selaku pembuat kebijakan, libur akhir tahun yang semula 11 hari dipangkas jadi 8 hari.

Lalu, meski dikeluarkan di injury time, pemerintah juga mengeluarkan kewajiban rapid test antigen untuk warga yang akan bepergian ke sejumlah daerah tertentu.

Beberapa daerah juga mewajibkan pendatang untuk melakukan isolasi mandiri saat berkunjung ke daerahnya.

Baca Juga: Awas Spoiler! Sinopsis True Beauty Episode 6, Terkuak Kisah Kelam Su Ho dan Seo Joon

Berbagai kebijakan ini diambil untuk menekan penyebaran virus corona yang semakin masif dalam beberapa waktu terakhir.

Tak hanya pemerintah, kalangan akademis juga ikut andil untuk menyumbangkan pikiran dalam rangka menghadapi lonjakan kasus Covid-19 karena libur Nataru.

Para akademisi Universitas Indonesia (UI) yang tergabung dalam Tim Sinergi Mahadata menyampaikan hasil penelitian dan memberikan 17 rekomendasi dalam menghadapi potensi lonjakan kasus COVID-19 akibat libur akhir tahun.

"Pesan utama yang disampaikan oleh Tim Sinergi Mahadata UI Tanggap COVID-19 adalah agar masyarakat bersama-sama menjaga supaya tidak terjadi peningkatan kasus pada liburan akhir tahun," kata Wakil Ketua Tim Sinergi Mahadata UI dan Peneliti Kluster Medical Technology FKUI dr. Damar Susilaradeya, MRes, Ph.D dalam keterangannya, sebagaimana dilansir dari ANTARA pada Jumat, 25 Desember 2020.

Baca Juga: Waspada Jika Indera Perasa dan Penciuman Terganggu, Segera Pulihkan dengan 8 Cara Ampuh Berikut Ini

Daftar rekomendasi kebijakan tersebut disampaikan pada seminar online bertajuk “Liburan Akhir Tahun dan Pandemi COVID-19”.

Penelitian dan rekomendasi tersebut dilakukan dan disampaikan oleh Tim Sinergi Mahadata UI Tanggap COVID-19 yang terdiri atas anggota lintas disiplin ilmu, yang diketuai Prof. Dr.dr. Budi Wiweko, Sp.OG(K)., MPH, Vice Director IMERI FKUI.

"Berdasarkan hasil analisis data mobilitas kerja sama UI dengan Facebook Data for Good, selalu terdapat peningkatan mobilitas pada saat liburan yang kemudian diikuti dengan lonjakan kasus COVID-19," kata dr. Damar.

Lebih lanjut Damar menjelaskan kegiatan penelitian ini berjudul “Evaluasi Pergerakan, Perilaku, dan Penerapan Aturan dalam Pelaksanaan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) berbasis Maha Data Geospasial: Peta Skoring PSBB Indonesia” ini didukung oleh dana Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 Tahap 2 dari Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional.

Baca Juga: DPR Akhirnya Buka Suara, 'Jegal' Kebijakan Kemendikbud Terkait KBM Tatap Muka Januari 2021

Sementara itu, Wakil Rektor UI Bidang Riset dan Inovasi, drg. Nurtami, Ph.D., Sp, OF(K) menyampaikan bahwa policy brief UI merupakan bentuk komitmen UI sebagai guru bangsa untuk terus menjadi mitra pemerintah dalam upaya menanggulangi pandemi COVID-19 dan memulihkan perekonomian nasional.

Tim Sinergi Mahadata UI sebelumnya telah melakukan dua penelitian, pertama pengembangan peta mobilitas, dan kedua kuesioner nasional perilaku kesehatan dan dampak sosial COVID-19.

Tim juga telah melakukan penyebaran kuesioner nasional terkait perilaku kesehatan dan dampak sosial COVID-19 didapatkan bagaimana perilaku 3M masyarakat, pengetahuan dan kepercayaan mengenai COVID-19, persepsi risiko, kesehatan jiwa, kepercayaan terhadap sumber pemberi informasi, perubahan pendapatan, pola konsumsi, dan penerapan hukum.

Baca Juga: Lima Smartphone Canggih Bakal Rilis Awal Tahun 2021, Salah Satunya iPhone 13

Adapun 17 rekomendasi yang diberikan dari Tim Sinergi Mahadata UI Tanggap COVID-19 adalah sebagai berikut:

1. Mengurangi cuti bersama untuk mengurangi pergerakan penduduk antar kota/provinsi

2. Meningkatkan tes, pelacakan dan isolasi kasus COVID-19

3. Membuat dan mengevaluasi kebijakan yang membatasi mobilitas masyarakat untuk mengurangi laju peningkatan kasus

4. Perlu perhatian khusus untuk mengurangi laju peningkatan kasus di akhir tahun ini mengingat kapasitas rumah sakit --yang mencakup tidak hanya tempat tidur, alat kesehatan, atau obat, tetapi juga tenaga kesehatan-- yang terbatas

Baca Juga: Dikenal sebagai 'Pembersih Ginjal', Ini 11 Manfaat Ajaib Seledri untuk Kesehatan dan Cara Membuatnya

5. Memberikan pesan edukasi:

a. Tidak keluar rumah kecuali untuk kegiatan yang sangat penting (misal harus bekerja untuk memperoleh penghasilan).

b. Jika harus keluar rumah, selalu mentaati protokol kesehatan dengan konsisten dan benar

6. Melakukan pengawasan pelaksanaan protokol kesehatan di tempat umum

7. Perlu komunikasi publik yg intensif dengan menggunakan semua media komunikasi dan pelibatan masyarakat

8. Pemahaman masyarakat tentang COVID-19 masih banyak yang salah. Salah satu contohnya adalah masyarakat belum paham bahwa risiko penularan COVID-19 lebih tinggi di ruang tertutup dari pada di ruang terbuka.

9. Masyarakat sosiekonomi rendah memerlukan perhatian ekstra untuk diberikan edukasi mengenai bahaya COVID-19

Baca Juga: Surah Al Kahfi Ayat 1-10 dalam Bahasa Arab dan Terjemahan Serta Keutamaan Membacanya pada Hari Jumat

10. Saat ini, memakai masker, menjaga jarak dengan orang lain, dan sebisa mungkin tinggal di rumah merupakan pilihan moral: cara terbaik untuk kita mencegah menyakiti diri sendiri dan orang lain. Kurangi risiko tertular COVID-19

11. Masalah kesehatan jiwa dapat mempengaruhi kepatuhan seseorang terhadap protokol kesehatan. Kita perlu belajar mengelola rasa bosan dan kesepian, agar dapat merasa nyaman dengan apa yang ada di sekeliling kita saat ini, sehingga mencegah timbulnya ansietas dan depresi

12. Perlu strategi untuk meningkatkan kepercayaan terhadap masyarakat terhadap nakes dan pemerintah

13. Memilih dengan saksama tokoh otoritas selain pemerintah dan nakes sebagai penyampai pesan sebab bisa menjadi boomerang. Pesan akan lebih baik jika datang dari asosiasi profesi nakes dan instansi pemerintah

14. Terlepas dari dampak resesi dari pandemi, proporsi masyarakat yang hendak berlibur akhir tahun tidak sedikit. Tentu saja hal ini berpotensi meningkatkan transmisi dan untuk itu diperlukan mitigasi yang matang

15. Dari temuan lapangan, masyarakat terkonfirmasi mengurangi pola konsumsinya, terutama untuk barang-barang sekunder dan tersier. Hal ini harus menjadi perhatian pemerintah terutama insentif untuk sektor retail non makanan agar terbantu di saat pandemi

16. Kebijakan regulasi masih menjadi hal strategis (utama) agar efektivitas program 3M dapat dilaksanakan dengan baik. Pengaturan yang rigid mengenai hal ini, dilekati dengan sanksi menjadi dorongan yang memaksa masyarakat untuk patuh terhadap norma yang sifatnya paksaan (imperatif) ketimbang pilihan (fakultatif)

17. Norma Paksaan (Imperatif) dilekati dengan sanksi yang tegas terhadap pelanggaran, diharapkan dapat mendisiplinkan masyarakat untuk melaksanakan 3M.***

Editor: Dzikri Abdi Setia

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah