SEPUTARLAMPUNG.COM – Di Indonesia, transaksi jual beli umumnya menggunakan uang Rupiah. Namun tidak di 2 pasar tradisional Jawa Tengah (Jateng) ini. Wisatawan yang berlibur ke sini harus memahaminya agar tetap bisa menikmati jajanan kuliner di sini.
2 pasar tradisional Jawa Tengah ini memang unik, karena di era modern ini pedagangnya justru menolak dibayar pakai uang Rupiah. Bahkan kegiatan ini telah berlangsung sejak 2017 dan masih berlaku hingga kini.
Setelah ditelusuri, 2 pasar tradisional Jawa Tengah tolak uang Rupiah karena sebagai bagian dari upaya melestarikan kearifan lokal.
Selain itu, hal ini diberlakukan untuk lebih meningkatkan interaksi antar masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai leluhur.
Baca Juga: Bak Surga Tersembunyi! Intip Keindahan Pulau Maratua, Wisata ala Maldives di Kalimantan
Pasar Tradisional Unik di Jawa Tengah
Melansir laman jatengprov.go,id, berikut ini dua pasar tradisional unik di Jawa Tengah (Jateng), yang sistem pembayarannya tidak pakai uang Rupiah:
1. Pasar Kramat Nglojo
Pasar Kramat Nglojo berlokasi di Desa Nglojo, Kecamatan Sarang, Kabupaten Rembang, Jateng.
Pengunjung pasar yang ingin membeli aneka kuliner khas Rembang harus menukar uang rupiahnya terlebih dahulu dengan kepingan kayu yang bertuliskan nominal angka tertentu.
Pasar Kramat Desa Nglojo diresmikan Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen pada 1 Mei 2019 lalu.
“Warga bisa bergandengan tangan dalam menata sistem ekonomi berbasis kekeluargaan. Mengusung kearifan lokal, Pasar Nglojo juga bertujuan agar generasi muda lebih mengenal dan mengamalkan tradisi lokal,” kata Bupati Rembang Abdul Hafidz.
2. Pasar Papringan
Pasar Papringan bisa ditemukan di Dusun Ngadiprono, Desa Ngadimulyo, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah (Jateng).
Awalnya lokasi pasar ini adalah tempat pembuangan sampah, namun sekelompok pemuda mengubahnya menjadi pasar unik yang berdiri di areal seluas 2.500 pada 2017.
Di Pasar Papringan Anda bisa menemukan aneka kuliner tradisional Jawa Tengah yang menggugah selera. Selain itu ada juga hasil bumi hingga produk kerajinan masyarakat setempat.
Adapun untuk metode pembayaran yang diberlakukan di pasar ini adalah menggunakan uang pring, yakni koin bambu.
Anda bisa mendapatkan koin bambu itu dengan menukarkan uang rupiah di titik-titik khusus yang ada di dalam pasar.
Baca Juga: Rekomendasi Tanggal Cantik di 2024, Cocok untuk yang Ingin Menikah Tahun Ini
Selain tidak menerima uang Rupiah, di pasar ini juga menerapkan gaya hidup ramah lingkungan. Penjual dan pembeli dilarang menggunakan kantong plastik.
Semua produk makanan dan minuman dikemas menggunakan sebuah wadah dari bahan alam, seperti keranjang atau wadah berbahan bambu.
Pasar Papringan buka dua kali dalam sebulan, yakni setiap Hari Minggu Wage dan Minggu Pon pukul 6.00 hingga 12.00 WIB.***