Naskah Khutbah Jumat Spesial Edisi 30 September 2022 dengan Tema Beragamalah Tanpa Paksaan dari Siapapun!

- 28 September 2022, 17:45 WIB
Ilustrasi beribadah.*
Ilustrasi beribadah.* /Pexels/

Dalam Qs. Al-Baqarah 256 Allah berfirman :

لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ ۖ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىٰ لَا انْفِصَامَ لَهَا ۗ وَاللهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Ketika membaca dengan seksama, kemudian bertadabbur dengannya, maka terdapat beberapa hikmah yang dapat kita petik berdasarkan ayat tersebut:

Pertama, bahwa sesungguhnya tauhid/ keimanan setiap insan telah ada, jauh sebelum dilahirkan ke alam dunia, Allah SwT berfirman:

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَا ۛ أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَافِلِينَ

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”, (QS. Al-A’raf: 172).

Baca Juga: Gula Darah Tinggi Cepat Turun dengan Menggunakan 4 Lembar Daun Ini Menurut dr. Ema Surya Pertiwi

Namun karena pengaruh keluarga, lingkungan, atau bahkan pergaulan, bacaan hingga medsos, sehingga mereka menjadi majusi atau penyembah api, menjadi nasrani, yahudi, agnostik maupun ateis sekalipun.

Kedua, hikmah berikutnya, bahwa tidak adanya paksaan dalam beragama atau menjadi seorang muslim, tidak lain ialah agar manusia menggunakan potensi akal fikirannya, sehingga ketika melaksanakan wujud keimanannya atau saat mengamalkan Islam, ia tidak melakukannya kecuali dengan tulus, ikhlas, penuh rasa cinta dan kesadaran.

Halaman:

Editor: Nur Faizah Al Bahriyatul Baqir

Sumber: suaramuhammadiyah.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah